GridPop.ID - Susuk merupakan barang tak asing bagi masyarakat Indonesia sejak puluhan tahun lalu.
Menilik sejarahnya, susuk ternyata terdiri dari beberapa jenis tergantung kegunaan dan manfaatnya.
Bukan hanya kaum umum saja, seorang dukun mengungkapkan bahwa susuk juga digunakan oleh artis, penyanyi, pemain olahraga hingga preman.
Belum lama ini, netizen digegerkan dengan sebuah tangkapan layar yang menampilkan foto X-ray seseorang.
Pada keterangan foto tersebut tertulis bahwa X-ray itu milik seorang pasien wanita berusia 55 tahun.
'Nah, kalo ini susuknya ada berapa? Itung sendiri deh ya :)' tulis akun yang bersangkutan.
Jika Anda memerhatikan gambar yang diunggah, maka Anda dapat melihat ratusan gambar putih, yang diduga itu adalah susuk.
Bicara soal susuk, ada orang yang percaya, ada juga yang tidak. Namun apakah benar jika memakai susuk bisa membuat seseorang cantik? Atau mungkin sugesti belaka?
Begini penjelasan yang ditulis oleh B. Soelist yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Maret 1993.
Mbah Soma Dihardjo (75) berdiri diam, matanya setengah terpejam, mulutnya komat-kamit seperti mengucapkan mantera.
Perlahan-lahan kening wanita yang duduk di hadapannya didongakkan, lalu ditusuk dengan logam mulia sebesar batu korek api.
Sepotong emas itu tiba-tiba hilang masuk ke dalam kening setelah dipersekutukan dengan selembar daun sirih.
Menyusul masing-masing satu di kedua pelupuk matanya.
Proses itu tak lebih dari lima menit. Jauh dari kesan sakral, tanpa bunga dan asap dupa pun setetes darah. Sungguh sulit di percaya.
"Ini bukan sulap bukan sihir," kata Soma Dihardjo, dukun susuk ternama dari Kelurahan Selomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta.
Jika sulap atau sihir tidak diartikan sebagai kecepatan tangan, yang dilakukan mbah dukun tadi tentu sebuah fenomena menarik yang tak jauh dari aura mistik.
Katanya, dengan susuk, wajah wanita berkulit gelap itu akan murub pamor-nya, memancarkan daya tarik bagi siapa saja yang memandang, bahkan suaminya sendiri.
Mata awam tak akan mampu mendeteksi titik-titik wajah yang baru disusuki tadi, karena tak sedikit pun bekas benjolan ditinggalkan.
"Bahkan peralatan canggih, misalnya rontgen, tak mampu," ujarnya.
Padahal mbah dukun ini jelas memasukkannya di antara daging dan kulit.
"Ya, semoga dia bisa akur kembali dengan suaminya, dan tak dimanfaatkan untuk yang macam-macam", harap Mbah Soma.
Ternyata rumah tangga wanita asal Klaten itu sedang guncang, karena suaminya tergila-gila pada perempuan lain yang lebih cantik.
Bisa ditebak, kedatangan lbu beranak tiga itu ingin merebut kembali suaminya dengan cara bersolek diri lewat susuk.
Menjadi sistem
Kisah kekuatan susuk emas yang bukan lagi hal aneh bagi kalangan tertentu, barangkali asing buat kelompok lain.
Bagaimana hubungan sebab-akibat antara susuk dan daya pikat?
Memang sulit mencari pertanggungjawaban rasionalnya, apalagi tak tersedianya perangkat dan alat ukurnya. Ini mungkin yang membedakan ilmu dan ngelmu.
Susuk memang telah menjadi realitas tersendiri, sesuatu yang hidup dan menjadi bagian dari sistem kebudayaan sebagian masyarakat kita.
Hal ini terbukti dengan para pelanggan yang mendatangi tokoh dari Selomartani, Kalasan, tadi.
"Beragam profesi anak-cucu saya yang minta susuk,” ujarnya sambil menyebut beberapa nama dan pekerjaannya.
Bukan hanya wanita seperti ibu rumah tangga dari Klaten tadi, melainkan juga para artis, penyanyi, pedagang, olahragawan, seniman, pegawai sampai preman dari berbagai daerah.
Hal itu terbukti dari buku tamu yang selalu disimpannya.
Di tangan kakek yang tak pernah menentukan tarif pasang ini susuk memang tak terbatas untuk menambah daya pikat wajah, melainkan meluas sampai pada jenis susuk kekebalan atau kekuatan, pengasihan, dan penglaris.
Puluhan tahun berpraktik, dukun "sakti" yang akunya pernah bertapa di Gunung Cereme ini sudah tak bisa menghitung berapa banyak orang yang telah ia pasangi susuk.
Dari ratusan atau mungkin ribuan pelanggannya dapat dia bagi beberapa kelompok.
Kelompok artis dan WTS biasanya minta susuk daya pikat, kelompok pegawai minta susuk pengasihan agar dikasihi atasan dan cepat naik pangkat atau mendapat kedudukan.
Sementara kelompok preman, copet dan sejenisnya, minta susuk kekebalan atau katosan. Kelompok olahragawan minta susuk kekuatan.
Sedangkan kelompok pedagang, "Biasanya mohon susuk penglarisan," jelas mbah dukun sambil menyebut nama seorang pedagang ayam goreng cukup terkenal di Yogyakarta.
Tempat pemasangan logam mulia itu pun beragam, tergantung profesi pemasang.
Pada penyanyi misalnya, susuk dipasang di tenggorokan agar suaranya nyaring.
Untuk pemain sepak bola susuk akan dipasang di telapak kaki.
"Selain bisa keras dan tepat kalau menendang bola, juga menambah kecepatan lari," ujar Mbah Soma tak lupa menyebut beberapa nama dari sejumlah kesebelasan profesional maupun amatir.
Ada susuk sebesar jarum pentul, runcing kedua ujungnya. Ada pula susuk tulang menjangan sebesar peniti yang terbungkus kain putih.
Konon, bentuk susuk terakhir ini membuat pemakainya punya katosan. Barang siapa menggembol jimat tersebut konon kebal senjata tajam.
Ditinjau dari operasionalnya, benda mistis sebesar jarum jahit, runcing di kedua ujungnya itu ada dua macam, susuk mandek (stasioner) dan susuk mlaku (mobile).
Susuk pertama bertahan di tempat yang ditentukan, kekuatannya pun terbatas di sekitar wildyah itu saja.
Sedangkan jenis susuk yang kedua, lebih meluas karena ia akan beredar mengikuti aliran darah.
Dukun yang mengaku masih berdarah keraton ini mematok sebatang susuk emas dengan harga Rp 6.000,- yang kemudian akan ia pesankan di toko emas untuk menentukan bentuk dan ukuran sesuai dengan tujuan serta tempat pemasangan susuk.
GridPop.ID (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul "Viral X-ray Pasien Wanita Usia 55 Tahun Dipenuhi Susuk: Benarkah Susuk Mampu Ubah Pemakainya Jadi Cantik?"