Reza kemudian mengajak untuk melihat kasus ini lebih jauh ke belakang. Utamanya terkait hubungan antara kegemaran pada pelajaran sejarah dan patriotisme.
Pria yang juga menjadi konsultan Lentera Anak Foundation ini, melihat persoalannya, rendahnya rasa cinta Tanah Air dialami siswa karena para guru utamanya sejarah tidak terampil menanamkan nilai patriotisme ke dalam diri anak didik.
"Mata pelajaran sejarah tak lebih dari penyampaian informasi tentang serangkaian peristiwa yang dianggap historis," tegas Reza.
Reza menilai selama ini pelajaran sejarah dan patriotisme sebatas pengayaan kognitif yang abai terhadap perasaan (afeksi).
Padahal rekomendasi ilmuwan, kata Reza, pelajaran sejarah sepatutnya dikemas sebagai bahasan kontroversial.
"Dengan menyertakan unsur pro-kontra, perasaan siswa akan lebih terlibat. Inilah jalan bagi penyerapan nilai-nilai, bukan hanya penghapalan pengetahuan," urainya.
Reza kemudian membeberkan sejumlah faktor yang menghalangi tumbuhnya rasa cinta Tanah Air. Antara lain, rendahnya standar hidup, ketidakpastian sosial, ketidakpercayaan pada pengelola negara.
Termasuk juga perbedaan rasa cinta Tanah Air ditentukan oleh latar budaya, peran orang tua (keluarga), dan pengaruh sosial.
"Temuan-temuan di atas menunjukkan bahwa tinggi rendahnya kecintaan pada Tanah Air bukan masalah hitam putih. Tidak bersumber dari faktor tunggal, melainkan multidimensional," terang Reza.