GridPop.ID - Banyak cerita di balik Olimpiade Tokyo 2020 yang dihelat per Jumat (23/7/2021) kemarin hingga 8 Agustus 2021 mendatang.
Termasuk kisah mantan atlet Suriah, Yusra Mardini.
Pasalnya sebelum kini bertanding mewakili tim olimpiade pengungi, Yusra Mardini bercerita jika harus berenang selama 3 jam demi kabur dari konflik yang sedang terjadi di negaranya.
Melansir dari Serambinews, kejadian ini terjadi pada awal Agustus 2015 silam sebelum perang di Suriah memanas.
Yusra dan saudara perempuannya memutuskan meninggalkan Damaskus dan akhirnya mencapai Berlin, Jerman pada September 2015.
Perjalanan yang ditempuh Yusra Mardini dan saudara perempuannya pun tidak mudah.
Diceritakan, perahu yang ditumpangi Yusra serta pengungsi lainnya mogok dan hampir tenggelam dalam perjalanan ke Eropa.
Dalam bahaya, Yusra dan saudara perempuannya melompat ke air untuk mendorong dan menarik perahu dan berenang selama lebih dari tiga jam sebelum mencapai pantai untuk menyelamatkan diri dan 20 pengungsi lainnya.
“Kakak saya melompat ke air dari satu sisi, dan saya melompat dari sisi lain. Dia mulai berteriak padaku untuk naik ke perahu meskipun kami berdua perenang,” cerita Yusra.
“Setelah itu, dua orang juga melompat dari kedua sisi, dan kami mencoba dengan satu tangan untuk meletakkannya di tali dan menstabilkan perahu. Kami membutuhkan waktu tiga setengah jam untuk mencapai pantai, ” katanya
Kemudian, mereka harus berjalan kaki dari Yunani ke Jerman.
Meski perjalanan tersebut ilegal, namun itulah jalan keluar untuk menyelamatkan diri dari konflik di Suriah.
Setelah kejadian itu, Yusra berlatih di klub Wasserfreunde Spandau 04, yang merupakan mitra Elite Schools of Sport di Berlin.
Sempat trauma, Yusra Mardini pun kembali menekuni olahraga renang untuk membangun kehidupan barunya di Jerman.
Sebagai tambahan informasi, Olimpiade Tokyo 2020 ini sempat ditunda selama satu tahun akibat pandemi Covid-19.
Melansir dari Kompas.com, penundaan ini membawa kerugian hingga 2,8 miliar dollar AS.
"Olimpiade Tokyo beroperasi di lingkungan yang sangat sulit," kata Toshiro Muto, CEO panitia penyelenggara, ketika ditanya tentang rekor biaya.
Pemerintah Jepang bertanggung jawab atas semua biaya kecuali 6,7 miliar dollar dalam anggaran operasional yang didanai swasta.
Pada bulan Oktober 2020, penyelenggara mengumumkan pengurangan biaya sebesar 280 juta dollar AS untuk perhotelan.
Namun, tidak ada pemotongan pada program olahraga dengan total 11.000 atlet dan puluhan ribu ofisial, juri, dan sponsor yang diharapkan hadir.
Sementara, Komite Olimpiade Internasional menyumbang 1,3 miliar dolar AS untuk menutupi biaya pertandingan.
GridPop.ID (*)