Find Us On Social Media :

Tolong Berhenti Campurkan 2 Bahan Ini Saat Membuat Sambal Terasi Jika Tak Ingin Hal Mengerikan Ini Mengintai Tubuh!

By Lina Sofia, Minggu, 1 Agustus 2021 | 08:21 WIB

Illustrasi Sambel

GridPop.ID - Siapa yang suka dengan sambal?

Ya, hampir seluruh masyarakat Indonesia adalah pencinta sambal sejati.

Berbagai macam sambal yang diciptakan, membuat semua makanan jadi lebih enak kalau ditemani sambal.

Hal itu terbukti dengan maraknya penjual makanan serba pedas beberapa tahun belakangan.

Namun, tahukah Anda kalau kandungan dalam sambal bisa jadi berbahaya kalau kita salah membuat campurannya?

Ya, sambal ternyata tak boleh campur 2 bahan ini karena akan berakibat sangat berbahaya.

Efek yang sangat mengerikan ini perlu kita ketahui penyebabnya, simak ternyata 2 bahan ini tak boleh di campur oleh sambal melansir dari SajianSedap.ID: 

1. Minyak Bekas Goreng

Sambal memang tak bisa dipisahkan dari minyak. 

Untuk sambal  terasi, biasanya kita menggoreng dulu bawang, cabai, tomat hingga terasinya dalam minyak panas. 

Baca Juga: Makin Lezat Dicocol dengan Gorengan, Begini Cara Bikin Sambal Bawang yang Enaknya Dijamin Bikin Nagih, Coba Yuk!

Baru kemudian diulek. 

Sambal bawang yang tenar belakangan juga dibuat mentah lalu hanya disiramkan minyak goreng panas di atasnya dan sambal terasa segar karena aroma bawang dan cabai yang khas.

Nah, minyak ini juga memainkan peranan penting untuk membuat sambal lebih enak, lo. 

Karena itu, banyak orang sengaja menggunakan minyak sisa goreng ayam untuk membuat sambal.

Tapi ternyata, hal tersebut bisa jadi langkah yang salah, lo.

Pasalnya, minyak yang digunakan untuk menggoreng ayam biasanya sudah berubah menjadi minyak trans dan biasanya kita menggunakan temperatur tinggi. 

Nah, di atas penggorengan, temperatur tinggi mempercepat perubahan minyak yang tadinya bersifat cis (tidak berbahaya), menjadi trans (berbahaya).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi minyak trans akan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan.

Seperti meningkatkan kolesterol LDL (low density lipoprotein), menurunkan kolesterol HDL (high density lipoprotein), dan meningkatkan rasio total kolesterol.

Baca Juga: Jadi Alat Wajib untuk Membuat Sambal, Ternyata Cobek dan Ulekan Berbahaya Bagi Tubuh Jika Terlalu Sering Digunakan, Begini Penjelasannya

Kolesterol LDL ini merupakan kolesterol jahat.

Minyak pun menjadi berisiko jika digunakan lagi.

2. Terasi Oplosan

Ya, ayam goreng paling sering ditemani dengan sambal terasi nikmat san rasanya, keduanya sudah jadi teman baik sejak lama.

Tapi, tahukah Anda jika sambal terasi bisa jadi berbahaya kalau kita tak tahu asal muasalnya?

Pasalnya, belakangan banyak ditemukan terasi oplosan yang berbahaya banget bagi tubuh.

Tahun 2017 lau, Kepala UPT Pasar Sungailiat, Ahmad Suherman menemukan peredaran terasi berbahaya di pasar-pasar tradisional.

Seperti terasi yang mengandung zat pewarna berbahaya Rhodamin B yang mereka temukan dari hasil pemeriksaan sampel, Selasa (29/8/2017) di UPT Pasar Sungailiat.

Ternyata, terasi tersebut mengandung zat pewarna berbahaya Rhodamin B.

Melansir dari Tribunnews, Rhodamin B merupakan pewarna sintetis golongan xanthenes dyes yang digunakan pada industri tekstil dan kertas, sebagai pewarna kain, kosmetika, produk pembersih mulut, dan sabun.

Rhodamin B sering disalahgunakan pada pembuatan kerupuk, terasi, cabe merah giling, agar-agar, aromanis/kembang gula, manisan, sosis, sirup, minuman, dan lain-lain.

Baca Juga: Suami Dipenjara, Artis Cantik Ini Banting Tulang Cari Uang Demi Sesuap Nasi hingga Terciduk Makan Malam Hanya dengan Kerupuk dan Sambal 

Konsumsi rhodamin B dalam jangka panjang dapat terakumulasi di dalam tubuh dan dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati, gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati

Pedagang menambahkan zat pewarna ini supaya tampilan terasi lebih menarik, merah merona dan terlihat segar.

Nah, terasi dengan pewarna ini sebenarnya mudah kita kenali bedanya.

Di antaranya adalah tekstur terasi tersebut kasar, pewarna merahnya tidak merata, berwarna merah mencolok, dan keras.

"Kalau dari udang kan lembut tidak keras seperti ini. Ini ada sisik-sisik ikan di produk terasinya. Diragukanlah dia menggunakan bahan udang. Produknya juga menggunakan zat pewarna. 

Kalau aslinya mungkin berwarna hitam, pucat tapi karena ini pakai zat pewarna menjadi merah, warnanya biar menarik," ungkap Suherman kepada bangkapos.com.

Sedangkan produk terasi yang sudah lama tidak terjual tersebut berwarna coklat dimana zat pewarnanya sudah pudar dan terasinya mengeras.

"Keras untuk melempar kaca pecah ini," kata Suherman sambil memegang terasi berhodamin yang sudah lama.

Baca Juga: Sepi Job Syuting Bikin Kantong Mengering, Pasangan Artis Ini Putar Otak Jualan Sambal Instan Demi Sebotol Susu untuk Kedua Anaknya 

GridPop.ID (*)