Find Us On Social Media :

Nyasar Saat Ingin ke Arena Pertandingan, Pelari Jamaika Ini Justru Sabet Medali Emas di Olimpiade Tokyo 2020 Berkat Ditolong Sosok Wanita Misterius Ini

By Lina Sofia, Jumat, 13 Agustus 2021 | 15:05 WIB

Hansle Parchment atlet asal Jamaika

GridPop.ID - Atlet Jamaika asal Jamaika ini telah meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020 cabor lari gawang 110 meter putra.

Hansle Parchment, dibalik kesuksesannya itu ia justru punya cerita yang menarik dalam meraih medali saat itu.

Diketahui, Hansle nyaris telat saat ingin bertanding dan akhirnya selamat berkat dibayari taksi oleh wanita tak dikenal.

Parchment lalu melacak siapa wanita itu dan setelah ketemu memberinya hadiah.

Dilansir Kompas.com dari Sky News pada Kamis (12/8/2021), cerita bermula saat Parchment akan bertanding di semifinal tetapi salah naik bus. 

Ia justru menuju arena yang tampaknya menggelar pertandingan dayung.

Dalam video Instagram, dia menjelaskan bagaimana tersesat dan hanya tersisa sedikit harapan untuk sampai ke stadion tepat waktu.

"Aku melihat relawan ini dan aku memohon - karena tentu saja dia tidak diizinkan berbuat banyak - dan dia benar-benar memberiku sejumlah uang untuk naik salah satu taksi."

"Dan itulah bagaimana aku bisa sampai ke trek pemanasan di stadion, dengan waktu yang cukup untuk pemanasan dan bersaing - dan itu luar biasa."

Parchment lalu mencari wanita itu dan menemukannya pada akhir pekan, untuk menunjukkan padanya medali yang mungkin tidak akan dia menangkan jika tidak dibantu.

Baca Juga: Tampil Sempurna hingga Berhasil Sabet Medali Emas di Olimpiade Tokyo 2020, Atlet 14 Tahun Ini Akui Belum Pernah ke Taman Hiburan, Alasannya Bikin Haru!

Relawan itu bernama Trijana, dan Parchment berkata dia ingin membalas budi sekaligus memperlihatkan sesuatu.

"Kamu berperan penting membuatku mencapai final hari itu," kata pelari berusia 31 tahun tersebut sambil mengeluarkan medali emasnya dan menyerahkannya pada Trijana.

"Sungguh, kamu dapat ini?!" Trijana menjawab.

Parchment juga memberinya kaus Jamaika dan sejumlah uang tunai untuk ongkos taksi.

Mendengar kisah ini, situs berita Jamaika The Gleaner melaporkan, Menteri Pariwisata negara itu menawari Trijana tiket gratis ke Jamaika.

Dilansir dari Kompas.TV, Pada Olimpiade Tokyo 2020 ini, pelari-pelari cepat Jamaika memang mendominasi cabang olahraga (cabor) atletik khususnya nomor-nomor lari jarak pendek.

Tak mengherankan, karena memang selama ini Jamaika terkenal sebagai negara penghasil sprinter-sprinter kelas dunia. 

Elaine Thompson-Herah, Shelly-Ann Fraser-Pryce dan Shericka Jackson diketahui sudah memperoleh tiga medali Olimpiade Tokyo 2020.

Bahkan Thompson-Herah sukses membawa pulang medali emas 100m putri di Stadion Nasional yang menjadi arena utama Tokyo 2020.

Nama ketiga pelari itu seakan melengkapi sprinter Jamaika lainnya yang sempat berjaya. Sebut saja Usain Bolt, Warren Weir hingga Yohan Blake. 

Kenapa bisa seperti itu?  Mengapa Jamaika yang merupakan negara pulau seluas 11.000 km persegi atau hampir seluas Gorontalo dan berpenduduk 2,7 orang atau hampir sama banyak dengan jumlah penduduk Sulawesi Tenggara itu begitu menguasai lari jarak pendek dunia?

Baca Juga: Nyesel Baru Tahu Sekarang, Tidur Berkualitas Dapat Terwujud Jika Terapkan 5 Tips Ampuh dari Para Atlet Olimpiade Ini, Ada yang Nekat Usir Hewan Peliharaan

Ada anggapan bahkan setengah guyon bahwa rahasia Jamaika rutin menghasilkan sprinter kelas dunia adalah tanaman ubi.

Iya ubi, yang di Indonesia lebih sering dijadikan keripik atau kolak ketika puasa Ramadan tiba.

Menurut sejumlah peneliti, stimulan hyposteroid yang terkandung dalam ubi yang mudah sekali ditemukan Jamaika, adalah faktor yang membuat pelari negara ini merajai trek dan lintasan dunia mengalahkan pelari-pelari dari negara-negara maju yang memiliki pola latihan, fasilitas dan teknologi tinggi untuk membantu manusia berlari lebih cepat dari waktu ke waktu.

Eits, tapi bukan hanya itu saja. Hal ini seperti yang disampaikan sprinter Yohan Blake yang malah menunjuk tekad besar orang Jamaika menjauhi kemiskinan yang justru membuat pelari-pelari jarak pendek negara itu berlari lebih kencang. 

Menurutnya, cabor lari adalah harapan yang bisa menyulap nasib mereka.

“Ketika kami kecil dulu kami menghabiskan waktu di luar rumah, mengejar-ngejar mobil,” kata Blake seperti dikutip laman Firstpost.

an wahana untuk melarikan diri dari kemiskinan itu adalah kompetisi lari tingkat sekolah menengah atas yang disebut Inter-Secondary Schools Boys and Girls Championships yang lebih umum dikenal dengan ‘Champs’.

Baca Juga: Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, Raffi Ahmad Tetiba Beri Tantangan Tak Terduga Pada Greysia Polii dan Apriyani Rahayu Usai Berhasil Bawa Pulang Medali Emas Olimpiade Tokyo 2020

GridPop.ID (*)