Pada 1971, di perbukitan Mawangdui, dekat kota Changsha di China ditemukan sebuah makam kuno berusia 2.200 milik Li Cheng dan Xin Zhui, bersama dengan sejumlah patung emas dan perak, perhiasan, serta pakaian sutra halus.
Yang paling menarik dari temuan itu adalah mayat Xin Zhui, ditemukan dalam kondisi masih "cantik" terawat, terpelihara dengan baik.
Kulitnya lembut dan kenyal, rambut, dan organ tubuhnya utuh. Kulit, persendian, dan ototnya masih lentur. Bahkan ada darah di pembuluh darahnya.
Namun, wajah aristokrat China kuno itu dalam kondisi sangat bengkak dan berubah aneh.
Kondisi tubuh Xin Zhui berbeda jauh dari mumi Mesir yang diawetkan, yang tubuhnya dikeringkan dari semua cairan dan mengeringkan jaringan mereka dengan garam, sebelum dibungkus kain dan dikubur.
Mengutip History Daily, Xin Zhui kemungkinan diawetkan dengan direndam dalam beberapa jenis cairan asam yang menghambat pertumbuhan bakteri dan mencegah dekomposisi. Jejak merkuri juga ditemukan di kulitnya.
Tubuhnya kemudian dibungkus rapat dalam 22 lapis permadani sutra, dan ditempatkan dalam rangkaian 4 peti mati yang indah dan berlapis getah pohon pernis untuk membuat peti kayu tahan lama.
Peti mati itu dilindungi dalam sebuah makam yang luar biasa tingginya hampir 3m, panjang dan lebar 6m. Makam itu dikubur 12m di bawah tanah.
Di sekeliling ruang pemakaman diisi dengan 5 ton arang dan peti mati dibungkus dengan tanah liat putih setebal satu meter yang dikenal sebagai kaolin.
Para arkeolog percaya bahwa cara tersebut menahan air dan udara masuk, yang akan menyebabkan pembusukan.
Ruang pemakaman bangsawan wanita Dinasti Han itu kemudian ditimbun tanah setinggi 15m.