Operasi pada 21 Oktober 1987 itu jadi tonggak sejarah bidang kedokteran di Indonesia, khususnya bedah saraf.
Bagi Padmosantjojo, operasi Yuliana-Yuliani menjadi karya adiluhung (masterpiece) dalam kariernya sebagai dokter.
"Aku tak ingin karyaku rusak, mati karena mencret misalnya. Maka harus aku openi (rawat)," ujarnya kepada Kompas.com.
Tak hanya membiayai seluruh operasinya, Padmosanjojo juga menyewakan rumah untuk kedua orangtua Yuliana-Yuliani di Jakarta selama operasi dan pengobatan berlangsung.
Butuh waktu hingga lima tahun sampai pertumbuhan otak Yuliana-Yuliani tumbuh sempurna.
Setelah kembar Yuliana-Yuliani dan orangtuanya pulang ke Tanjung Pinang pun, Padmosantjojo tetap memberikan dukungan dana untuk keperluan pendidikan kembar itu hingga kini.
"Ternyata bisa, tuh, Yuliana-Yuliani sampai lulus universitas. Saya senang," kata Padmosantjojo sambil tersenyum.
Saat ini bayi kembar siam yang telah dipisahkan 29 tahun silam itu tumbuh menjadi gadis yang cerdas dan juga sukses.
Yuliani kini telah menjadi seorang dokter yang telah lulus dari Universitas Andalas, Padang, dan sedang bertugas menjalani program internship di Puskesmas Seberang Padang, Sumatera Barat.
Sedangkan Yuliana sedang sibuk menempuh program doktor ilmu nutrisi dan teknologi di Institut Pertanian Bogor.
Walaupun terlahir dalam keadaan berbeda, Yuliana menuturkan bahwa ia dan saudara kembarnya mampu bersaing dengan anak-anak lain seusianya dan mampu mewujudkan cita-citanya.
GridPop.ID (*)