"Saya sudah tiga bulan berada di sini, barang barang saya ini adalah barang bantuan atau donasi dari gereja, untuk korban gempa, tapi sampai sekarang saya tak bisa menyeberang," kata Umbu Domu Ninggeding.
Pemilik barang, kata Domu, bahkan memaki-makinya.
"Pemilik barang marah-marah pada kami, ini hampir semua sopir truk di sini ditelepon dan dimaki-maki pemilik barang, mereka tidak tahu bagaimana keadaan kami sebenarnya, kami menderita juga di sini, makan sulit, uang menipis, bayangkan sampai 3 bulan saya di sini tanpa kejelasan Kapal Egon akan datang," kata Domu.
Ada yang jual cincin untuk makan dan kirim uang ke anak istri Kondisi yang tidak jelas itu memaksa mereka bertahan dengan harta seadanya.
Beberapa di antara para sopir tersebut bahkan harus menjual apa yang mereka miliki untuk bertahan hidup.
Salah satunya Yan Rara Lunggi (25) yang terpaksa menjual cincin kawinnya untuk makan. Uang penjualan cincin juga dikirim ke anak istrinya di Sumba.
"Gaji satu bulan untuk makan, dan satu bulan untuk dikirim ke keluarga, tapi masih kurang, keluarga di Sumba harus terpenuhi kebutuhannya, terpaksa saya jual cincin kawin saya," kata Yan sedih.
Minta dikirim kapal pengganti Para sopir pun tak ingin berlama-lama dalam ketidakpastian menunggu Kapal Egon.