GridPop.ID - Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keberagaman suku dan budaya.
Bhineka Tunggal Ika, merupakan semboyan dari Indonesia, berbeda-beda tapi tetap satu.
Dari puluhan hingga ratusan suku yang ada di Indonesia, ada beberapa suku yang dikenal dengan tradisi memotong kepala manusia salah satunya di Kalimantan.
Melansir dari Intisari Online, pemburu kepala di Kalimantan aktif hingga sekitar satu abad yang lalu.
Beberapa suku, seperti Iban Sarawak, Saburut Murut dan Kadazan-Dusun membawa ketakutan di awal penjajahan Inggris.
Praktik potong kepala manusia yang ada di suku-suku tersebut, membuat Eropa menjuluki Kalimantan sebagai tanah 'Borneo Barbaric.'
Di masa penjajahah, mereka mengumpulkan kepala prajurit musuh untuk dibawa pulang sebagai piala atau sebagai bukti kemenangan mereka.
Suku Murut salah satunya, merupakan salah satu suku yang ditakuti di seluruh Kalimantan karena praktik perburuan kepala.
Masyarakat dan budaya Murut dikenal paling brutal dan kejam.
Seorang pemuda yang gagal mengumpulkan setidaknya dua kepala hanya akan menerima sedikit rasa hormat.
Sebelum menikah, pria harus memenggal setidaknya satu kepala atau akan dikucilkan.
Daerah lain di Tanah Air yang memiliki kebudayaan potong kepala adalah Suku Naulu yang mendiami Pulau Seram, Maluku.
Dilansir dari Grid.ID, Suku Naulu memiki tradisi mengerikan bagi sebagian besar orang.
Bagi mereka, berburu kepala manusia merupakan persembahan kepada nenek moyang.
Tradisi inilah yang membuat suku Naulu dianggap sebagai suku terbelakang.
Kepala manusia memiliki arti penting bagi suku ini.
Pada zaman dahulu, raja suku Naulu menggunakan cara ini untuk memilih seorang menantu laki-laki.
Sebagai bukti kejantanan, sang pria harus membawa kepala manusia sebagai mas kawin.
Persembahan kepala juga dilakukan saat penduduk mengadakan sebuah ritual Pataheri, ritual yang dilakukan sebagai perayaan atas dewasanya seorang anak laki-laki.
Bagi remaja yang berhasil memenggal kepala seseorang, mereka akan mengenakan ikat kepala merah sebagai simbol kedewasaan.
Tradisi ini sempat dinyatakan hilang pada awal tahun 1900-an. Namun, beberapa sumber mengatakan bahwa tradisi ini masih dilakukan hingga tahun 1940-an.
Setelah bertahun-tahun, tradisi ini tidak lagi terdengar. Hingga akhirnya, pada 2005, ditemukan dua mayat tanpa kepala di kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah.
GridPop.ID (*)