Ia membuktikan bahwa dirinya mampu mengambil kajian tersebut.
Apalagi kajian yang dipelajarinya berkaitan dengan ilmu psikologi dan budaya.
Suryani menggabungkan dua kajian tersebut, yakni modern dan tradisional, untuk menemukan ketenangan batin dan jiwa.
Perempuan yang kini telah meraih gelar profesornya itu percaya jika hasil penggabungan dua aspek tersebut, mampu menghasilkan pemulihan jiwa.
Alasan Suryani dirikan Suryani Institute of Mental Health
Sebelum mendirikan tempat praktiknya, Suryani pernah mengalami kejadian buruk yang membuka matanya.
Saat itu ia sedang menjalani program Neuropsychiatry dan mendapatkan pasien dengan keadaan fisik yang lumpuh, dari leher hingga ujung kaki.
Sayangnya pasien tersebut berasal dari keluarga ekonomi bawah dan tidak mampu membeli obat.
“Tapi tidak ada pilihan lain untuk menyelamatkannya, hanya dengan obat itu,” cerita Suryani dengan mata berkaca-kaca dilansir dari sumber yang sama.
“Pasien itu bilang ke saya, ‘ibu saya sesak, sesak sudah sampai dada.’ Dia (akhirnya) meninggal dihadapan saya. Saya sedih, karena saya tidak bisa membantunya. Andai saja saya punya uang untuk bisa beli obat itu, saya pasti bisa bantu dia,” tambah Suryani yang sedikit menyesal.