GridPop.ID - Ningsih Tinampi sempat menjadi sorotan beberapa waktu lalu.Ningsih Tinampi sendiri dikenal masyarakat luas karena disebut sakti hingga mampu menyembuhkan segala penyakit.Bahkan, praktek pengobatan tradisional milik Ningsih Tinampi pun tak pernah sepi pasien saat itu.Diketahui, Ningsih Tinampi merupakan dukun wanita asal Pasuruan, Jawa Timur.Dilansir dari laman GridHot.ID, Ningsih Tinampi dipercaya bisa mengobati guna-guna, santet dan berbagai masalah yang konon berkaitan dengan hal gaib.Bahkan beberapa penyakit seperti nyeri kepala kronis hingga kanker dapat dibantunya untuk sembuh.Namanya semakin melambung lantaran sejumlah kontroversi yang pernah ia buat.
Ningsih sempat viral karena mengaku bisa memanggil malaikat dan nabi.
Ningsih bahkan mengaku sudah menemukan obat virus corona.
Pasiennya telah mencapai 30 ribu orang, bahkan antrian pendaftarannya sampai bulanan bahkan tahunan.Ia juga memiliki kanal YouTube dengan jumlah pengikut lebih dari 3 juta. Kontennya adalah video tindakan terapinya.Jika dinalar, pengobatan yang diberikan oleh Ningsih sama sekali tidak berdasarkan landasan keilmuan, bahkan cenderung mistis dan penuh takhayul.Ningsih mengaku mendapat kekuatan saat diselingkuhi mantan suaminya.Ia pergi ke dukun dan diberitahu ia memiliki energi untuk menyembuhkan penyakit dan mengusir jin.Kemampuan tersebut tentunya serasa mustahil, tapi justru banyak orang memberikan testimoni positif, mengapa demikian?Usut punya usut Ningsih Tinampi ternyata menggunakan trik tak terduga ini untuk obati para pasiennya.Mengutip Suar.id, jawabannya adalah trik sugesti atau placebo.
Efek placebo sudah banyak diteliti oleh para ahli.
Sebuah survei pada 2010 menunjukkan bahwa sebanyak 56% dari 400 dokter memberikan resep obat placebo pada pasien mereka.Namun, kali ini lebih dari sekadar obat-obatan "bohongan" membuktikan efek placebo pada kesehatan manusia.Placebo adalah perawatan medis yang sebenarnya tidak memiliki efek yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, namun manusia yang menerimanya merasa mendapatkan manfaat.
Fenomena ini lalu disebut dengan efek placebo.Dalam sebuah penelitian di Journal of Experimental Psychology, sebanyak 164 mahasiswa di Colorado College diteliti kebiasaan tidur mereka.Penelitian ini bertujuan "membohongi" sebagian mahasiswa bahwa mereka memiliki kualitas tidur yang baik.Hasilnya, mereka yang diberitahu bahwa kualitas tidur mereka baik (padahal sebenarnya tidak). Nilai dari kuesioner lebih bagus daripada yang diberitahu bahwa kualitas tidur mereka tidak baik (padahal iya).Ini adalah penelitian dengan efek placebo yang disengaja untuk mengetahui apakah ada pengaruhnya atau tidak.Efek ini bisa memiliki pengaruh, sebab diberikan oleh mereka yang dianggap memiliki otoritas.Namun, Anda juga bisa "membohongi" diri sendiri dan memanfaatkan kekuatan efek placebo ini.Jika Anda kurang tidur, fokus akan istirahat Anda bukan ke susah tidur yang Anda alami.Ada penelitian lain yang menghasilkan fakta bahwa mereka yang diberi informasi bagus mengenai kesehatan mereka, maka kesehatan mereka ikut membaik.Padahal, mereka sebenarnya tidak olahraga secara reguler dan sebelumnya tidak begitu bagus kesehatannya.
Jadi itulah mengapa masyarakat lebih menyukai pengobatan seperti Ningsih Tinampi, ditipu dengan efek placebo.Mereka dijanjikan peningkatan kontrol diri, percaya diri dan perbaikan kesehatan.Namun perlu diingat, efek itu bersifat semu karena tidak menyasar sumber asli penyakit.Sebelumnya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur juga sempat mengimbau masyarakat lebih cerdas memilih pengobatan, tak sekadar ikut-ikutan.IDI meminta masyarakat memilih pengobatan yang teruji secara ilmiah. "Masyarakat harus banyak belajar dan mencari tahu referensi tentang pengobatan yang baik dan terbukti secara ilmiah, jangan hanya ikut-ikutan saja," kata Ketua IDI Jawa Timur Sutrisno ketika dikonfirmasi, Senin (10/2/2020) dikutip dari laman kompas.com.Pernyataan itu menanggapi viralnya pengobatan alternatif yang dilakukan Ningsih Tinampi di Pasuruan, Jawa Timur. Pengobatan Ningsih, kata Sutrisno, tak tergolong pengobatan medis. "Mungkin ada jalur lain untuk pengobatan, tapi yang jelas bukan jalur medis," jelas dia.Sutrisno mendesak Dinas Kesehatan Jawa Timur bersinergi dengan sejumlah pihak untuk melindungi masyarakat. Terlebih, ada banyak metode pengobatan yang berkembang di masyarakat. "Dinas Kesehatan punya wewenang untuk menilai metode pengobatan yang berkembang di masyarakat untuk melindungi masyarakat," jelasnya.
Baca Juga: Ajaib! Rumah Ini Tetap Berdiri Kokoh saat Abu Vulkanik Gunung Semeru Menerpa, Pemilik Beberkan Kunci Amalan Mulia IniGridPop.ID (*)