“Bisnis food truck ini penuh dengan kerja keras, namun hasilnya sangat rewarding,” ujar Nani kepada KJRI Sydney.
Ia menambahkan bahwa proses perizinan usaha food truck di Australia memakan waktu hanya dua bulan, tetapi proses desain kendaraannya hingga menjadi food truck memakan waktu sampai tujuh bulan.
Food truck milik Nani semakin istimewa karena memamerkan desain batik yang dikreasikan oleh seniman asli asal Yogyakarta.
Kepopuleran Nani’s Food Truck terlihat dari antrean pengunjung dan testimoni yang disampaikan oleh pelanggannya.
KJRI Sydney sempat mewawancara para pengunjung Nani’s Food Truck, salah satunya Steven, pegawai Qantas yang fasih berbicara Bahasa Indonesia dan merupakan pelanggan setia Nani’s Food Truck.
Steven selalu mengikuti media sosial Nani’s Food Truck untuk mengetahui lokasi jualan berikutnya. Sebelum pandemi, Steven sangat sering berkunjung dan bertualang kuliner di Indonesia.
“Saya sangat suka dengan makanan padang, apalagi dendeng dan baladonya,” jawab Steven ketika ditanya makanan favoritnya di Indonesia.
Sebagai informasi tambahan, dilansir dari Tribunnews.com, dibawah undang-undang Australia, para penjual makanan harus tunduk pada aturan standar makanan di Australia dan Selandia Baru.
Mereka juga harus mengikuti hukum di masing-masing negara bagian.
Di negara bagian Victoria misalnya, para penjual makanan harus memenuhi persyaratan peraturan Food Act 1984.