Find Us On Social Media :

Berawal dari Kecintaanya pada Kuliner Nusantara, Bisnis Masakan Indonesia Nani's Food Truck Ini Populer hingga Digemari Banyak Warga Australia

By Lina Sofia, Sabtu, 8 Januari 2022 | 18:31 WIB

Masakan Indonesia

GridPop.ID - Makanan khas Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi kenikmatannya.

Dengan campuran bumbu-bumbu rempah alami yang membuat masakan Indonesia tidak hanya disukai oleh warga lokal tapi juga sampai mancanegara.

Seperti di negara seperti Australiatak sedikit yang sangat mengagumi makanan Indonesia seperti nasi goreng hingga rendang.

Dilansir dari Kompas.com, makanan Indonesia di Negeri Kanguru tersebut ternyata dapat ditemukan tidak hanya di kota besar Australia tetapi juga di kota pesisir wisata, seperti di Sevenmile Beach, Gerroa.

Kota pesisir ini berjarak sekitar dua jam dari Sydney dan hanya berpopulasi sekitar 700 orang.

Namun, kota ini menjadi jujugan destinasi wisata warga lokal, apalagi pada musim libur akhir tahun.

Pada penghujung 2021, sebagai bagian dari program Indonesia Spice Up the World, KJRI Sydney bersama importir pangan olahan Indonesia di Australia, Eastern Cross Trading, mengunjungi truk makanan Nani’s Food Truck.

Food truck tersebut dimiliki seorang diaspora Indonesia, Nani namanya.

Nani yang telah berdomisili di Australia sejak 2005 memulai bisnis food truck pada 2019, berawal dari kecintaannya kepada kuliner dan produk Indonesia.

Belum genap dua tahun, bisnis food truck-nya terpilih sebagai Top Three Best Food Truck di Kota Wollongong versi website Three Best Rated, berdasarkan tingginya penilaian dan testimoni para pelanggan.

Baca Juga: Edho Zell Ceritakan Jatuh Bangun Rintis Niat Mulia Dirikan Warteg Gratis, Akui Tak Pernah Kekurangan Dana dan Beberkan Sumber Uangnya! 

Berbagai makanan Indonesia dijajakan Nani dalam food truck-nya seperti nasi goreng, mi goreng, lumpia goreng, rendang, dan nasi campur sebagaimana rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (7/1/2022).

“Bisnis food truck ini penuh dengan kerja keras, namun hasilnya sangat rewarding,” ujar Nani kepada KJRI Sydney.

Ia menambahkan bahwa proses perizinan usaha food truck di Australia memakan waktu hanya dua bulan, tetapi proses desain kendaraannya hingga menjadi food truck memakan waktu sampai tujuh bulan.

Food truck milik Nani semakin istimewa karena memamerkan desain batik yang dikreasikan oleh seniman asli asal Yogyakarta.

Kepopuleran Nani’s Food Truck terlihat dari antrean pengunjung dan testimoni yang disampaikan oleh pelanggannya.

KJRI Sydney sempat mewawancara para pengunjung Nani’s Food Truck, salah satunya Steven, pegawai Qantas yang fasih berbicara Bahasa Indonesia dan merupakan pelanggan setia Nani’s Food Truck.

Steven selalu mengikuti media sosial Nani’s Food Truck untuk mengetahui lokasi jualan berikutnya. Sebelum pandemi, Steven sangat sering berkunjung dan bertualang kuliner di Indonesia.

“Saya sangat suka dengan makanan padang, apalagi dendeng dan baladonya,” jawab Steven ketika ditanya makanan favoritnya di Indonesia.

Baca Juga: Biodata Artis Hamish Daud, Cowok Blesteran Australia Madura Suami Raissa, Ternyata Sempat Hidup Susah di Hutan Sampai Mukanya Hancur Gegara Jatuh!

Sebagai informasi tambahan, dilansir dari Tribunnews.com, dibawah undang-undang Australia, para penjual makanan harus tunduk pada aturan standar makanan di Australia dan Selandia Baru.

Mereka juga harus mengikuti hukum di masing-masing negara bagian.

Di negara bagian Victoria misalnya, para penjual makanan harus memenuhi persyaratan peraturan Food Act 1984.

"Siapapun yang memasak makanan di rumah dan menjualnya di jejaring sosial harus terdaftar oleh pemerintah lokal mereka [council], seperti bisnis makanan lainnya," ujar Tim Vainoras, juru bicara Departemen Kesehatan dan Pelayanan Warga di Victoria.

"Jangan pernah membeli makanan dari penjual di sosial media, jika mereka tidak bisa menunjukkan sertifikat. Kita tidak dapat meyakinkan jika makanan tersebut aman untuk dikonsumsi."

Ratih Purwati Friend, adalah warga Indonesia di Melbourne yang juga menjual makanan. Bisnisnya adalah menyediakan katering untuk acara-acara.

Ia mengatakan sertifikat pengolahan dan penyajian makanan sebenarnya bisa dengan mudah didapatkan dan cukup murah.

"Sangat mudah... kurang dari $300 [sekitar Rp 3 juta]," ujarnya.

"Saya melakukannya dengan kursus dalam sehari, kemudian di akhir kursus saya mendapatkan sertifikat."

"Dalam kursus tersebut saya belajar bagaimana mempersiapkan makanan. Misalnya, jika kita mengeluarkan ikan dan daging dari freezer, kita harus langsung memasaknya hari itu juga. Jangan dikembalikan ke freezer. Itu yang membuat orang sakit."

Baca Juga: Cuma Modal Mau Berangkat Vaksinasi Covid-19, Gadis Ini Dapat Rezeki Nomplok Rp 10 Miliar, Terungkap Fakta Sebenarnya! 

GridPop.ID (*)