Jika pernah mengalami peristiwa traumatis atau stres, risiko terkena OCD dapat meningkat, reaksi ini mungkin memicu pikiran yang mengganggu dan tekanan emosional yang menjadi ciri OCD.
3. Kepribadian
Ciri-ciri kepribadian tertentu seperti sulit menangani ketidakpastian, perasaan tanggung jawab yang tinggi, atau perfeksionisme dapat menjadi faktor OCD.
4. Gangguan kesehatan mental lain
OCD mungkin terkait dengan gangguan kesehatan mental lainnya seperti gangguan kecemasan, depresi, hingga penyalahgunaan zat.
Dalam sebuah unggahan video, Aliando Syarief mengungkapkan alasannya vakum dari dunia hiburan selama beberapa tahun, salah satu alasannya yakni karena didiagnosis OCD ekstrem, yang membuatnya tak bisa beraktivitas.
Melansir Healthline, terhubung dengan terapis yang mempunyai pengalaman mengobati OCD menjadi langkah pertama yang baik untuk mengeksplorasi pilihan pengobatan yang bermanfaat.
Umumnya pengobatan untuk OCD akan mencakup psikoterapi dan pengobatan.
Beberapa obat psikotropika yang berbeda dapat membantu mengurangi gejala OCD. Seorang psikiater atau dokter mungkin akan meresepkan:
- Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI), seperti fluoxetine (Prozac) atau sertraline (Zoloft).
- Clomipramine antidepresan trisiklik (Anafranil), meskipun obat ini umumnya tidak akan diresepkan sebagai pengobatan lini pertama
- Antipsikotik seperti aripiprazole (Abilify) atau risperidone (Risperdal), yang dapat meningkatkan efek SSRI.
- Memantine (Namenda), antagonis reseptor NMDA, yang juga dapat meningkatkan efek SSRI. Terkadang diperlukan waktu 8 hingga 12 minggu sebelum SSRI berlaku, untuk itu tetaplah minum obat sesuai petunjuk dokter walaupun tidak segera melihat perbaikan.
Lebih lanjut, beberapa efek samping mungkin terjadi, sehingga harus tetap berkonsultasi dengan tim perawatan mengenai gejala-gejala yang muncul dari mengonsumsi obat.
Jika efek samping lebih besar dibandingkan manfaatnya, psikiater dapat merekomendasikan pendekatan pengobatan lain.