Find Us On Social Media :

Kisah Nabi Muhammad SAW Perlakukan Lelaki yang Ingin Membunuhnya, Bikin Para Sahabat Syok: Apa Tidak Salah?

By Lina Sofia, Selasa, 28 Maret 2023 | 04:32 WIB

Cara Nabi Muhammad memperlakukan Tsumamah bin Utsal, padahal dirinya ingin dibunuh

GridPop.ID - Siapapun yang mengenal sejarah Nabi Muhammad saw pasti tahu bahwa hidup beliau juga memiliki musuh.

Tak sedikit di antaranya yang membenci Nabi Muhammad Saw hingga ingin membunuhnya.

Dalam kisah ini, ada seorang lelaki yang memendam keinginan kuat untuk membunuh Nabi Muhammad Saw.

Namun, Nabi Muhammad justru memperlakukan orang yang ingin membunuhnya dengan cara yang di luar dugaan.

Bahkan, para sahabatpun sampai syok dengan perintah Nabi Muhammad Saw.

Lantas, seperti apa kisahnya?

Dilansir artikel Kompas TV, berikut kisah Nabi Muhammad dan lelaki yang ingin membunuhnya.

Lelaki itu bernama Tsumamah bin Utsal dan ia pergi ke Madinah dengan satu tujuan, membunuh Nabi Muhammad Saw.

Ia pun mempersiapkan segala sesuatu, termasuk persenjataan.

Ia pun berjalan menuju Madinah dengan amarah membuncah ingin membunuh Nabi yang dianggapnya sudah berdosa, merusak tradisi kaumnya dengan agama Islam.

Rencana pembunuhan itu sampai ke telinga Umar bin Khattab.

Ketika Tsumamah baru sampai ke gerbang kota, ia dicegat oleh Umar dan akhirnya mereka berkelahi. Umar menang, Tsumamah pun ditahan.

Singkat cerita, Nabi Muhammad mendengar ada orang yang hendak membunuhnya.

Setibanya di tempat itu, beliau mengamati wajah Tsumamah baik-baik.

“Apakah ada di antara kalian yang sudah memberinya makan?” tanya Rasulullah berpaling kepada sahabat-sahabat yang berada di sekitarnya.

"Para sahabat kaget, apa tidak salah perintah Nabi?" Para sahabat pun saling pandang.

Hanya Umar yang berani bertanya, ”Ya Rasulullah, orang ini datang untuk membunuhmu, bukan ingin masuk ke agama kita. Makanan apa yang kau maksud tersebut?”

Baca Juga: Kisah Nabi Muhammad Tegas Tolak Saat Dilobi untuk Tutupi Kejahatan sebuah Keluarga Terpandang

 

Rasulullah seakan tidak menghiraukan sanggahan Umar. Bahkan, beliau berkata, “Segera ambilkan susu dari rumahku.”

Lantas, beliau pun menyuruh sahabat untuk melepas ikatan Tsumamah yang terkulai lemah tidak berdaya itu.

Umar pun bergegas mengambil minum. Tak lama, ia datang.

Lalu diambillah gelas tersebut dan diberikan kepada Tsumamah.

“Ucapkanlah Laa ilaha illa-Llah (Tiada ilah selain Allah),” pinta Rasulullah dengan sopan.

“Aku tidak akan mengucapkannya!” ia pun menggeleng terus.

Para sahabat yang menyaksikan itu geram. Rasulullah malah menyuruh Tsumaha pergi.

Tsumamah pun bangkit, lalu membelakangi Rasul. Berjalan. Setapak, dua tapak, tiga tapak. Lalu ia memalingkan muka kembali kepada Rasul.

Ia pun duduk, menghadapkan wajahnya ke tanah. Tak lama, ia kembali mendongakkan muka dan memandang wajah Rasulullah.

“Ya Rasulullah, aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan Muhammad Rasul Allah,” katanya.

Para sahabat pun keheranan. Rasulullah hanya tersenyum dan menyuruhnya berdiri.

“Mengapa engkau tidak mengucapkan ketika aku memintamu?” Tanya Nabi.

“Maafkan hamba, Tuanku. Aku tidak mengucapkannya ketika masih belum kau bebaskan, hamba khawatir ada yang menganggapku masuk agamamu sebab aku takut. Aku tidak takut, tapi hatiku luluh. Setelah engkau bebaskan aku, aku ingin masuk Islam semata-mata karena Allah," jawabnya.

Baca Juga: Nuzulul Quran, Peristiwa Nabi Muhammad SAW Bertemu Jibril dan Menerima Wahyu Pertama

Sebagai informasi tambahan, orang-orang yang masuk Islam oleh Allah Swt dikatakan sebagai orang yang beruntung.

Dilansir artikel Bangkapos.com, berikut tatacara menjadi mualaf dan syarat-syarat masuk Islam menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Kitab Al-Ghunyah.

1. Membaca dua kalimat syahadat

Berikut Bacaan Dua Kalimat Syahadat Arab, Latin dan Terjemahannya:

أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ

Asyhadu an la ilaha illallah

Wa asyhadu anna muhammadar rasuulullah

“Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah.”

“Dan (aku bersaksi) bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.”

2. Mandi besar

Berdasarkan riwayat dari sahabat Qois bin Ashim radhiyallahu ‘anhu dalam HR. Abu Daud 355 – shahih:

أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرِيدُ الْإِسْلَامَ فَأَمَرَنِي أَنْ أَغْتَسِلَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ

Aku mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk masuk islam. Kemudian beliau menyuruhku untuk mandi dengan air dan daun bidara. (HR. Abu Daud 355 – shahih)

Namun untuk mandi besar, ada beberapa ulama yang tidak mewajibkan atau hanya sekedar menyunahkannya saja.

3. Mengerjakan sholat

Sebagaimana yang disampaikan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Kitab Al-Ghunyah di atas maka setelah mengucapkan dua kalimat syahadat seorang muslim harus melaksanakan sholat.

Selain membaca dua kalimat syahadat dan sholat, seorang laki-laki muslim juga harus melakukan khitan.

Khitan hukumnya wajib bagi lelaki muslim.

Hal ini karena khitan bagian dari menjaga fitrah kesucian manusia.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الْفِطْرَةُ خَمْسٌ – أَوْ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ – الْخِتَانُ وَالاِسْتِحْدَادُ وَتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ وَنَتْفُ الإِبْطِ وَقَصُّ الشَّارِب

“Fitrah itu ada lima perkara : khitan, mencukur bulu kemaluan, menggunting kuku, mencabut bulu ketiak, dan mencukur kumis “ (H.R Muslim 257).

Ketika seseorang sudah menjadi muslim, maka ia harus menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya.

Baca Juga: Ada Keberkahan yang Luar Biasa, Berikut Amalan Sunnah saat Sahur dan Berbuka Puasa Menurut Anjuran Nabi Muhammad SAW

GridPop.ID (*)