Find Us On Social Media :

Niatnya Mau Operasi Payudara Malah Ternoda, Dokter Lecehkan 3 Pasien, Lakukan Ini ke Korban Sebelum Lancarkan Aksi Bejat

By Luvy Octaviani, Kamis, 15 Juni 2023 | 20:47 WIB

Ilustrasi dokter

GridPop.ID - Kelakuan dokter ini menjadi sorotan.

Bagaimana tidak? dokter ini tega lecehkan 3 pasiennya di ruang operasi.

Awalnya pasien tersebut berniat ingin operasi payudara malah ternoda oleh dokter bejat.

Sebelum lancarkan aksinya, dokter terlebih dulu lakukan ini ke korban.

Dilansir dari laman tribunstyle.com, ayah tiga anak yang sudah menikah, Olivier Branford (49) dipecat setelah berhubungan seks dengan tiga pasien yang rentan di klinik bedah payudara pribadinya di London.

Tak hanya itu, dia diketahui juga mengirimi mereka pesan tak senonoh.

Dilansir Daily Star pada 13 Juni 2023, Seorang ahli bedah plastik dipecat setelah berhubungan seks dengan tiga pasien rentan yang datang kepadanya untuk operasi payudara.

Olivier Branford menjalin hubungan dengan para wanita, menghujani mereka dengan pujian dan mengirimi mereka pesan tak senonoh yang merinci fantasi seksualnya, sebelum berhubungan seks dengan mereka di Klinik Codogan pribadinya di Chelsea.

Ayah tiga anak yang sudah menikah itu bahkan memberi tahu salah satu dari mereka bahwa payudara barunya "sempurna" dan dia ingin "meminyakinya" dan memasangnya di halaman Instagram-nya.

Dia berhubungan seks dalam "beberapa posisi" dengan wanita lain saat pasien itu masih belum pulih dari operasi payudara, meskipun tidak disarankan secara klinis.

Branford yang merupakan lulusan Cambridge, yang tinggal bersama istri dokternya di sebuah rumah mewah £ 2 juta (lebih dari Rp 37 miliar) di London Utara ketika tuduhan dibuat, mengakui 14 dari 18 dakwaan terhadapnya pada sidang pelanggaran Medical Practitioners Tribunal Service (MPTS) tahun lalu.

Baca Juga: Numpang Kencing Endingnya Lecehkan Tetangga, Pria di Lampung Nekat Pegang Bagian Intim Korban, Alasannya Bikin Emosi

Dua dari empat sisanya kemudian ditemukan untuk dibuktikan.

Pengadilan, yang diadakan kembali minggu lalu, menemukan kebugaran Branford untuk berlatih telah terganggu dan keputusan dibuat untuk mencabutnya dari daftar medis.

Terdengar dia mendorong "keterikatan emosional" dengan ketiga wanita itu sehingga dia bisa berhubungan seks dengan mereka antara 2019 dan 2020.

Satu, yang dikenal sebagai Pasien A mengatakan dia pergi menemuinya karena payudaranya yang besar menyebabkan rasa sakit dan masalah harga dirinya.

Dia mengiriminya pesan WhatsApp yang mengatakan dia bisa "memperbaikinya dan membuatnya mencintai tubuhnya."

Dia memberi tahu wanita kedua, Pasien B: "Saya orang Prancis, jadi sensualitas itu bagus. Anda sangat diinginkan dan seksi."

Mereka berhubungan intim di kliniknya pada 2019.

Branford mulai menemui Pasien C setelah dia menjalani operasi payudara dan melakukan hubungan seks dalam berbagai posisi di kliniknya karena mengetahui bahwa tidak disarankan bagi pasien untuk melakukannya kurang dari dua minggu setelah operasi.

Dia mengaku memiliki hubungan yang tidak pantas dengan Pasien A dan Pasien B tetapi mengatakan Pasien C juga ingin berhubungan seks dengannya.

Dia menyangkal mengetahui wanita itu rentan karena dismorfia tubuh Pasien A, rendahnya harga diri Pasien B dan kecemasan Pasien C.

Apa yang Harus Dilakukan jika Mengalami Pelecehan Seksual? 

Baca Juga: Guru Ngaji di Garut Lecehkan 17 Santri, Modusnya Pakai Kisah Nabi Luth untuk Lancarkan Aksi Bejatnya

Dilansir dari laman kompas.com, ini yang harus dilakukan jika mengalami pelecehan seksual:

1. Serangan balik saat dilecehkan

Komisioner Komnas Perempuan Theresia Iswarini mengatakan, secara umum seseorang dapat menyiapkan diri untuk melakukan serangan balik saat dilecehkan.

Rini, begitu ia biasa disapa, mengatakan bahwa korban dapat melawan balik pelaku, lari dari tempat kejadian, atau bahkan berteriak meminta tolong untuk membela diri dari pelecehan.

Namun demikian, Rini mengakui bahwa reaksi tiap orang berbeda-beda pada saat mengalami pelecehan seksual, dan tidak semua sanggup melakukan hal yang telah disebutkan.

"Diakui bahwa reaksi setiap orang berbeda. Bahkan ada kemungkinan korban justru tidak dapat melakukan apa-apa saking panik dan takutnya," kata Rini saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (6/11/2021).

"Untuk itu korban diharapkan tenang, dan jika keberanian sudah mulai terkumpul maka dapat segera lari," imbuhnya.

2. Melapor ke pihak berwajib

Rini mengatakan, kasus-kasus pelecehan seksual marak terjadi di jalanan, transportasi publik, dan lingkungan kampus.

"Diketahui bahwa jalanan, transportasi publik, dan kampus adalah tiga lokasi yang kerap menjadi lokasi TKP," kata Rini.

Menurut Rini, korban pelecehan seksual dapat segera melaporkan kejadian yang menimpa mereka ke pihak berwajib, seperti polisi, pejabat kelurahan/kampung, pejabat kampus, atau manajemen transportasi publik.

Baca Juga: 'Abah Pegang Kaki Saya Terus Naik' Santriwati Ceritakan Detik-detik Pelecehan Dilakukan Pimpinan Ponpes di Sumbawa

Selain itu, korban juga dapat mengadukan pelecehan yang mereka alami ke organisasi-organisasi yang menyediakan layanan pengaduan kekerasan terhadap perempuan, seperti Women's Crisis Center (WCC), LBH Apik, atau Komnas Perempuan.

"Pengaduan ke Komnas Perempuan akan melalui proses rujukan untuk pendampingan selanjutnya," imbuhnya.

3. Mendampingi korban pelecehan seksual

Rini mengatakan, korban pelecehan seksual membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya untuk dapat menghadapi krisis yang mereka alami.

Menurut Rini, dukungan dapat diberikan dengan cara menemani dan mendengarkan korban saat menceritakan pengalamannya, tanpa banyak mempertanyakan atau mengkonfrontasi.

"Segera setelah kejadian, korban akan mengalami masa kebingungan, kemarahan pada diri sendiri, menyalahkan diri sendiri. Oleh karena itu penting bagi kita mendampingi korban melalui fase ini dengan baik," kata Rini.

Selain itu, orang-orang terdekat juga dapat membantu korban dengan cara mencatat cerita yang disampaikan korban.

Catatan tersebut akan berguna untuk membantu proses selanjutnya apabila sampai di tahap pengaduan formal ke otoritas tertentu.

"Mendengarkan dan memahami situasi korban akan sangat membantu korban merasa aman dan tidak merasa dihakimi," ungkap Rini. GridPop.ID (*)