GridPop.ID - Sakit kepala menjadi penyakit sejuta orang, di mana sakit kepala hampir dialami setiap orang.
Kendati tidak termasuk penyakit kronis, namun sakit kepala cukup menggangu aktivitas bahkan hingga mengancam nyawa.
Dikutip dari Tribun Kesehatan, Kamis (21/03/2019), sakit kepala yang biasa dikenal pusing ini terdiri dari beberapa jenis yang berbeda.
Jenis sakit kepala ini juga mempengaruhi cara pengobatannya yang berbeda pula.
Misalnya saja, sakit kepala tegang dicegah dengan menjaga kesehatan.
Atau sakit kepala yang umum yakni migrain yang dipicu stres hingga horman, tentu perlu menghindari hal-hal buruk pemicunya.
Baca Juga : Penembak Jemaah Shalat Tarawih Gunakan Topeng, Suasana Mencekam, Ini Kesaksian Seorang Jemaah
Terlepas dari jenis sakit kepala dan cara mengatasinya itu, berikut ini ada kisah dari seorang pria yang juga mengalami sakit kepala.
Namun, sakit kepala yang diidapnya cukup aneh hingga dirinya berniat untuk menyumbangkan otaknya saat ia meninggal nanti.
Lalu, seperti apa parahnya sakit kepala yang diidap pria asal Amerika Serikat ini?
Dilansir dari SCMP via Kompas.com, seorang diplomat AS, Mark Lenzi, mengalami gejala sakit kepala hingga hilang ingatan secara misterius saat ditempatkan di China.
Untuk itu, ia berjanji akan menyumbangkan otak miliknya untuk penelitian.
Mark telah menandatangani perjanjian untuk menyumbangkan otaknya setelah mati untuk dipelajari oleh CTE Center di Boston University pada Jumat (10/5/2019) kemarin.
Baca Juga : Bikin Resah, Satpol PP Tindak Tegas Warung Kelambu yang Buka di Bulan Puasa
Perjanjian serupa juga ditandatangani oleh ribuan nama lainnya, termasuk banyak mantan pemain National Football League (NFL).
Mark, yang merupakan teknisi keamanan di Departemen Luar Negeri, termasuk dalam rombongan diplomat yang dievakuasi dari Konsulat AS di Guangzhou, China, pada tahun lalu.
Awalnya, Mark dan istrinya mengaku mulai mendengar suara-suara aneh di apartemen tempat tingga mereka di China pada 2017.
Kemudian Mark menunjukkan gejala yang konsisten dengan gegar otak.
Dia percaya jiak dirinya telah menjadi korban serangan semacam senjata gelombang energi, meski dia tidak menyebutkan China.
Kementrian Luar Negeri China mengatakan pada 2018, bahwa mereka tidak menemukan petunjuk apap pun.
Baca Juga : Meghan Markle dan Pangeran Harry Ternyata Tak Berhak Miliki Hak Asuh Putranya Karena Alasan Ini
Mereka tidak dapat menentukan apa yang menyebabkan para diplomat AS menderita trauma otak usai mendengar suara yang tak biasa.
"China telah melakukan penyelidikan dengan sangat brhati-hati dan telah melaporkan hasil temuan awal kepada AS. Tetapi kami belum menemukan alasan atau petujuk yang mengarah pada situasi yang disebutkan oleh AS," kata juru bicara kementerian luar negeri China, Lu Kang.
Baca Juga : Terbuai Rayuan Maut, Pedagang Bakso Bertato Setubuhi Siswi SMA Hingga Hamil
AS telah menarik sejumlah diplomatnya dari China, menyusul adanya kekhawatiran terkait penyakit misterius, pada Juni tahun lalu.
Washington mengungkapkan kekhawatiran akan kemungkinan adanya negara rival AS yang telah mengembangkan perangkat gelombang mikro yang menyebabkan gejala sakit misterius tersebut.
Otoritas menyebut, gejala yang ditunjukkan para diplomatnya mirip dengan gejala penyakit yang dialami 24 diplomat AS dan anggota keluarga mereka di Kuba pada tahun 2017.
"Pemeriksaan medis kepada setiap personel yang mengalami gejala tertentu atau yang ingin diperiksa masih berlangsung."
"Petugas medis profesional AS akan terus melanjutkan mengerjakan evaluasi penuh untuk menentukan penyebab penyakit itu," kata juru bicara Kemenlu AS, yang kala itu masih dijabat Heather Nauert. (*)
Source | : | Kompas.com,scmp,Tribun Kesehatan |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar