GridPop.ID - Kerusuhan di beberapa lokasi di Jakarta menimbulkan catatan kelam bagi banyak pihak.
Salah satunya dialami oleh para pedagang di Pasar Tanah Abang yang mengalami kerugian.
Pasar Tanah Abang yang ditutup total akibat kerusuhan tersebut menyebabkan para pedagang tidak mendapatkan pemasokan ekonomi.
Dikutip dari Warta Kota, kawasan pertokoan di Sarinah dan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat lumpuh total.
Seluruh pertokoan dan pusat perbelanjaan tutup pada Rabu (22/5/2019) kemarin.
Kondisi tersebut merupakan dampak dari aksi 22 Mei yang berakhir rusuh yang terjadi di kawasan Jatibaru, Tanah Abang, Selasa (21/5/2019) malam.
Rabu pagi, seluruh ruko dan perkantoran di kawasan Sarinah hingga Jalan Sabang, Menteng, Jakarta Pusat terlihat ditutup rapat.
Kala itu, sejumlah satpam dan anggota kepolisian berjaga di depan ruko perkantoran.
Kondisi serupa juga terlihat di Pusat Niaga Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Pasar terbesar se-Asia Tenggara itu tutup total, begitu juga dengan ratusan ruko dan perkantoran yang berada di lingkar Jalan Jatibaru Raya.
Kondisi Pasar Tanah Abang itu pun memberikan dampak kerugian bagi para pedagang.
Dilansir dari Kompas.com, Kamis (23/5/2019), para pedagang di Pasar Tanah Abang terpaksa menutup tokonya.
Mereka tidak bisa berjualan akibat dampak aksi kerusuhan yang terjadi pada 22 Mei 2019.
Hal itu berdampak langsung pada pendapatan para pedagang di Pasar Tanah Abang.
Lalu, berapa potensi kerugian pedagang akibat dampak aksi 22 Mei tersebut?
Promotion Manager Pusat Perbelanjaan Tanah Abang Hery Supriyatna mengungkapkan, kerugian pedagang bisa dihitung dari nilai omzet pedagang yang hilang akibat tidak berdagang pada 22 Mei.
Caranya, yakni dengan mengkalikan jumlah kios atau pedagang dengan rata-rata omzet pedagang setiap harinya.
"Dengan begitu akan bisa dihitung berapa nilai omzet pedagang tersebut," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (22/5/2019).
Baca Juga: Kobaran Api Muncul, Massa Dipukul Mundur, Begini Kondisi Terakhir Saat Subuh di Gedung Bawaslu
Saat ini kata Hery, terdapat sekitar 25.000 kios di Pasar Tanah Abang.
Bila rata-rata omzet Rp 1,5 - 2 juta per kios per hari, maka omzet total pedagang mencapai Rp 37,5 miliar - Rp 50 miliar per hari.
Potensi kerugian itu bisa kian besar bila kerusuhan tetap berkepanjangan.
Hal itu membuat para pedagang Pasar Tanah Abang tidak bisa berdagang lebih lama.
Sementara itu, Ekonom Institute for Develoment of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, sektor ritel akan terkena dampak paling besar karena kerusakan ini.
"Paling besar ke sektor ritel karena ini momentum masyarakat belanja kebutuhan Lebaran," ujarnya kepada Kompas.com, Jakarta, Rabu (22/5/2019).
"Apalagi yang terkena dampak Pasar Tanah Abang. Itu efeknya cukup signifikan," sambung dia.
Sebagaimana diketahui, pusat grosir terbesar di Asia Tenggara tersebut selalu penuh dengan masyarakat setiap Ramadan tiba.
Baca Juga: Menangkan Pertarungan Sengit, Komitmen Jokowi Dipuji Habis SBY, Ini Alasannya
Masyarakat membeli berbagai keperluan Ramadan dan Lebaran.
Namun kemarin, Pasar Tanah Abang itu harus tutup sehingga tidak ada aktivitas jual beli seperti biasanya.
(*)
Source | : | Kompas.com,Warta Kota |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar