GridPop.ID - Galih Ginanjar kini telah ditetapkan sebagai tersangka atas kasus video ikan asin.
Sebelumnya, Galih Ginanjar telah melontarkan kalimat yang dianggap sudah melecehkan mantan istrinya, Fairuz A Rafiq.
Kalimat tersebut diucapkan Galih Ginanjar dalam sebuah video yang ada di kanal Youtube milik Rey Utami dan Pablo Benua.
Baca Juga: Polisi Tetapkan Galih Ginanjar Sebagai Tersangka Kasus 'Ikan Asin', Begini Tanggapan Fairuz A Rafiq
Diberitakan GridPop.ID sebelumnya, dalam tayangan yang sudah dihapus tersebut awalnya Galih menceritakan rumah tangganya bersama dengan Barbie Kumalasari.
Namun pada akhirnya, Galih malah membongkar aib rumah tangganya dengan mantan istri.
Galih dituding sudah melecehkan bagian pribadi tubuh Fairuz A Rafiq dengan sebutan ikan asin.
Melansir dari Kompas.com, polisi akhirnya mengungkap bahwa ucapan tersebut memang disengaja oleh Galih untuk mempermalukan mantan istrinya.
Hal tersebut disampaikan oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono.
"Berdasarkan keterangan Galih berkaitan dengan apa yang dia sampaikan, memang intinya yang bersangkutan mengakui dia mengatakan (ikan asin) ingin mempermalukan mantan istrinya," kata Argo di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (8/7/2019).
Masih melansir dari Kompas.com, video 'ikan asin' tersebut belakangan ini juga ditelaah oleh seorang pakar studi gender dan budaya dari Universitas Sebelas Maret, Sri Kusumo Habsari, PhD.
Dirinya menjelaskan bahwa ia menangkap adanya unsur misogini di dalam kata-kata Galih.
Bagi Galih, perempuan baik itu Fairuz maupun Barbie adalah objek yang pasif dan objek seksualitas pria.
“Misogini bisa merupakan kebencian laki-laki terhadap perempuan, tetapi berada pada alam bawah sadar. Bagi pria yang misoginis, perempuan hanya objek belaka, diberi uang, dicukupi tapi hanya sebagai objek seks,” ujar Habsari via pesan singkat pada Kamis (11/7/2019).
Lebih lanjut dijelaskan Habsari, pria misoginis biasanya tidak malu membicarakan hubungan seks mereka dengan mengemukakan hal-hal tentang perempuan yang cenderung merendahkan, karena perempuan hanya objek dia.
Meski ia memuji pasangannya yang sekarang, tetapi unsur bahwa perempuan adalah objek bagi dia tetap terasa kuat.
Sifat misoginis Galih tersebut dinilai Habsari bertentangan dengan budaya asli Indonesia.
“Video tersebut justru tidak lagi mencerminkan nilai budaya Indonesia. Video tersebut malah mengingatkan saya sitcom Family Guy (asal Amerika Serikat) yang kental dengan unsur misogini,” kata Habsari.
Secara norma dan nilai budaya, Habsari juga menemukan adanya pergeseran, di mana hal-hal yang bersifat privat dibawa ke ranah publik dan tidak lagi malu untuk dibicarakan.
“Malu adalah budaya timur dan sudah hilang pada proses wawancara baik dari host (Rey Utami) maupun bintang tamu (Galih Ginanjar),” ucapnya. (*)
Source | : | Kompas.com,Gridpop.id |
Penulis | : | Bunga Mardiriana |
Editor | : | Bunga Mardiriana |
Komentar