Dia dianjurkan untuk melakukan rapid test di RSUD Pasar Minggu, jika enggan melakukan tes di RSUP Fatmawati.
Hari itu juga dia menuju RSUD Pasar Minggu. Pantauan AN saat itu, dia melihat ada tiga tenda tepat di depan ruang IGD RSUD Pasar Minggu.
Tenda itu dibangun untuk warga yang mau menjalani rapid test.
Namun siang itu, sekitar pukul 11.00 WIB, pihak rumah sakit sudah tidak menerima warga yang ingin melakukan rapid test.
Kala itu, RSUD Pasar Minggu hanya menerima 90 orang yang ingin melakukan rapid test. AN akhirnya dianjurkan untuk datang lebih pagi keesokan harinya.
Keesokkan harinya, Selasa (24/3/2020), AN datang pukul 07.15 WIB. Saat itu, sudah banyak orang menunggu.
Akhirnya sekitar pukul 07.45 WIB, seorang sekuriti datang ke lokasi tempat dilakukannya rapid test.
Sekuriti hanya meminta kartu tanda penduduk (KTP) warga yang ingin mengikuti rapid test.
"Jadi saya nunggu di sana dari sekitar jam 7 pagi dan baru dipanggil sekitar pukul setengah 11 siang," kata AN.
Ketika dipanggil, AN mulanya ditanya gejala yang dia alami selama ini.
"Pertama ditanya saya terakhir ketemu dengan siapa saja. Terus tanya saya kemana saja, gejala apa, saya bilang saya batuk-batuk. Lalu petugasnya tanya batuknya berdahak atau enggak? Saya bilang berdahak. Saya juga bilang alami sesak nafas," jelas AN.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Luvy Yulia Octaviani |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar