GridPop.ID - Pemerintah akhirnya memilih kebijakan untuk melakukan rapid test untuk mendeteksi secara cepat siapa saja yang positif virus corona.
Ada beberapa rumah sakit yang sudah terdaftar dan sudah difasilitasi guna melakukan rapid test.
Di Jakarta Selatan, salah satunya adalah Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu.
AN, salah satu warga menceritakan pengalamannya hendak menjalani rapid test setelah mengalami gejala terinfeksi Covid-19.
Berawal dari RS Fatmawati
Awalnya AN berniat melakukan pemeriksaan secara pribadi di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan, Senin (23/2/3/2020).
Di RSUP Fatmawati, AN diperbolehkan untuk menjalani tes. Namun, jika bersedia, dia harus menunggu di ruang isolasi selama beberapa jam, hingga hasil tes keluar.
Dia enggan melakukan hal tersebut.
"Jadi sudah ada tujuh orang yang nunggu di ruang isolasi dan dan kondisinya kaya gimana kita enggak tahu. Hasilnya sebenarnya bisa keluar dalam waktu empat jam. Tapi karena ini pasiennya banyak, jadi enggak tentu hasil tes keluar jam berapa," kata AN saat dikonfirmasi, Selasa (24/3/2020).
Dia dianjurkan untuk melakukan rapid test di RSUD Pasar Minggu, jika enggan melakukan tes di RSUP Fatmawati.
Hari itu juga dia menuju RSUD Pasar Minggu. Pantauan AN saat itu, dia melihat ada tiga tenda tepat di depan ruang IGD RSUD Pasar Minggu.
Tenda itu dibangun untuk warga yang mau menjalani rapid test.
Namun siang itu, sekitar pukul 11.00 WIB, pihak rumah sakit sudah tidak menerima warga yang ingin melakukan rapid test.
Kala itu, RSUD Pasar Minggu hanya menerima 90 orang yang ingin melakukan rapid test. AN akhirnya dianjurkan untuk datang lebih pagi keesokan harinya.
Keesokkan harinya, Selasa (24/3/2020), AN datang pukul 07.15 WIB. Saat itu, sudah banyak orang menunggu.
Akhirnya sekitar pukul 07.45 WIB, seorang sekuriti datang ke lokasi tempat dilakukannya rapid test.
Sekuriti hanya meminta kartu tanda penduduk (KTP) warga yang ingin mengikuti rapid test.
"Jadi saya nunggu di sana dari sekitar jam 7 pagi dan baru dipanggil sekitar pukul setengah 11 siang," kata AN.
Ketika dipanggil, AN mulanya ditanya gejala yang dia alami selama ini.
"Pertama ditanya saya terakhir ketemu dengan siapa saja. Terus tanya saya kemana saja, gejala apa, saya bilang saya batuk-batuk. Lalu petugasnya tanya batuknya berdahak atau enggak? Saya bilang berdahak. Saya juga bilang alami sesak nafas," jelas AN.
Hanya konsultasi
Setelah mendengar keluhan tersebut, petugas yang melayani AN hanya memberikan konsultasi. AN dinyatakan tidak perlu melakukan tes darah.
Namun, AN dianjurkan untuk mengisolasi diri di rumah selama 14 hari.
"Saya enggak dikasih obat. Hanya disuruh isolasi di rumah selama 14 hari. Kalau belum ada perubahan bisa kembali lagi," ucap AN.
Namun, AN mengaku beberapa orang sebelumnya justru mengikuti tes darah. Dia menduga petugas menganjurkan pasien untuk tes darah tergantung dari gejala yang dialami.
"Kalau misalnya diambil sampel darah, pasien dikasih surat pengantar untuk ke laboratorium RSUD Pasar Minggu," kata dia.
Dia memastikan semua proses yang dijalani tanpa memungut biaya sepersen pun.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti, sebelumnya mengatakan bahwa penggunaan alat rapid test diprioritaskan bagi mereka yang pernah memiliki kontak dengan pasien positif COVID-19.
"Kita tahu bahwa satu kasus positif kalau kita tracking kontak bisa mempunyai hubungan dengan kasus positif itu banyak," kata Widyastuti.
"Yang kita fokuskan adalah yang memiliki kontak erat dengan kasus positif," tambah dia.
Dia mengatakan bahwa saat ini Pemprov DKI Jakarta telah menerima sebanyak 100.000 alat rapid test dan telah siap digunakan.
"Saat ini tim menerima sebanyak 100.000 pieces untuk rapid test. Kita sedang proses dan sudah bikin standar, operasi, prosedur (SOP) karena kalau dibandingkan dengan jumlah penduduk DKI harus proporsional," jelasnya.
Dia juga mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan rapid test di wilayah Jakarta Selatan dan kini sedang menunggu hasil laporan tersebut.
"Sedang kita proses jumlahnya karena ketika di selatan kita sebar ke Puskesmas karena mereka bekerja jadi belum sempat membuat laporan secara cepat kalau sudah ada hasilnya kita sampaikan," imbuhnya.
(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Luvy Yulia Octaviani |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar