GridPop.ID - Virus corona memberikan dampak dibidang perekonomian selain dampak kesehatan.
Banyak usaha yang gulung tikar lantaran tak mempunyai pemasukan selama status PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di berlakukan.
Imbasnya tentu terhadap karyawan yang harus terpaksa di rumahkan.
Hal ini juga dialami oleh Ruben Onsu.
Suami Sarwendah ini terpaksa harus merumahkan ribuan karyawannya karena pandemi corona atau covid-19.
Pendapatannya terus turun sebanyak 70 persen, dengan berat hati ia harus merelakan hampir setengah karyawannya.
Sekitar 2.500 karyawan yang bekerja di usaha kulinernya harus dirumahkan karena tidak sanggup membayar gaji untuk kedepanya.
Ruben hanya bisa memberikan gaji kepada mereka yang dirumahkan selama sebulan dan ditambah dengan uang tunjangan hari raya.
"Jadi konpensasi yang dilakukan adalah ketika saya rumahkan mereka saya gaji satu bulan full dan THR, tidak ada yang saya potong sama sekali, itu saja yang bisa saya selamatkan," katanya Ruben saat Instagram Live bersama Sandiaga Uno dikutip Kompas.com, Sabtu (9/5/2020).
Menurut dia, jika harus mempertahankan karyawan di masa sulit karena pandemi ini akan berisiko tinggi bagi perusahannya.
"Saya cuma berpikir 2.500 itu harus saya sudahkan pekerjaannya karena saya harus selamatkan yang lainnya untuk perusahan saya secara sehat gitu," pungkas Ruben.
Selama tiga tahun berbisnis di bidang kuliner, musibah besar ini menjadi yang pertama bagi Ruben.
"Kalau berbicara itu ya memang ini hal yang paling perjalanan saya untuk perusahaan makanan saya ya untuk tiga tahun ini," katanya.
Ruben mengaku tak pernah terpikirkan dampak pandemi Covid-19 akan sebesar ini.
"Ini jadi hal yang paling terdahsyat, ini paling terdahsyat yang saya dapatkan dan di luar pemikiran saya," kata dia.
Ruben hanya bisa bersabar.
Semua orang termasuk pebisnis sepertinya pasti ikut merasakan hal yang sama.
Sebagai informasi, omzet usaha kuliner Ruben Onsu terus menurun hingga 70 persen.
Bahkan karena omzetnya terus menurun, ia harus menutup dua gerai yang berada di Lubuk Linggau dan Bukittinggi.
(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Luvy Yulia Octaviani |
Editor | : | Maria Andriana Oky |
Komentar