GridPop.ID - Desainer ternama Indonesia Anne Avantie sudah tidak diragukan lagi karya-karyanya sebagai penata busana handal.
Kebaya kasih karyanya sudah dikenal di Tanah Air bahkan di skala internasional dan sering dipakai oleh jajaran publik figur.
Wanita kelahiran Semarang ini sering membagikan aktivitasnya sekaligus membagikan hal-hal positif melalui media sosial Instagram.
Di balik kesuksesaannya di dunia tata busana, siapa sangka Anna Avantie menyimpan kisah kelam di masa kerusuhan 1998.
Kala itu, Anne Avantie harus menelan pil pahit menjadi salah satu korban massa di saat reformasi 1998.
Lewat sebuah video wawancara di kanal Youtube Podcast Ruang Sandi yang diunggah pada Jumat (9/10), Anne Avantie menceritakan bagaimana dirinya dan keluarga bertahan di masa-masa genting tersebut.
Awalnya, Anne menceritakan soal sang ibu yang mengidap penyakit kanker serviks stadium 3B pada tahun 1996.
"Kemo (terapi) bolak-balik (rumah sakit) kemudian mami gundul," ungkap wanita berusia 66 tahun itu kepada Sandiaga Uno.
Ketika itu (alm) ayah Anne banyak membantu kebutuhan keluarga.
Di sisi lain Anne merasakan betapa sulitnya meminta bantuan kepada orang lain.
"Di situlah saya merasa bahwa suatu hari nanti kalau saya punya uang gitu, saya penginnya izinkan saya untuk berbuat banyak bagi orang lain gitu. Itu satu momentum yang kuat banget terjadi," ungkap wanita yang memiliki gaya rambut yang khas itu.
Ketika sang ibu harus berobat, Anne terpaksa menjual barang-barang miliknya seperti kulkas, televisi hingga sofa.
Cobaan datang bertubi-tubi dirasakan Anne dan keluarganya ketika kerusuhan 1998 terjadi.
Di saat banyaknya demo menuntut mundurnya Soeharto dari presiden tersebut, Anne menjadi salah satu korban.
Anne kehilangan tokonya yang dibakar massa hingga rata dengan tanah. Segala yang dimiliki Anne untuk menyambung hidup habis tak bersisa.
"Saya menjadi korban kerusuhan 1998. Jam 3 pagi ketika kita diberi tahu bahwa toko kita rata tanah. Dan itu satu-satunya sumber penghasilan saya dan mami dalam mengarungi kehidupan," jelas Anne.
Di saat perasaannya hancur melihat usahanya habis tak berbisa, Anne kembali bangkit setelah mendengarkan pesan dari sang ibu.
"Mami katakan, 'Jangan pernah kamu sakit hati dengan tanah air yang kamu pijak. Jangan ada trauma apapun. Ini garis yang sudah harus kita terima'," kata Anne.
Berkali-kali ibunda Anne menjelaskan sikap apa yang harus diambil untuk menghadapi cobaan tersebut.
"'Kemudian puing-puing itu, kamu injak sebagai pijakan yang kamu kemarin menginjak tanah, sekarang yang kamu pijak adalah puing ini. Kamu jadi lebih tinggi. Kamu jangan pernah sakit hati pada negeri ini'. Itu kata-kata mami yang selalu saya pegang sampai sekarang," tegas Anne.
Meski mengalami kejadian yang sangat memilukan, namun Anne mengakui tidak membenci bangsanya.
Ia justru mengungkapkan kecintaannya kepada Indonesia, di tanah dia dilahirkan hingga kini menjadi tempatnya berpijak.
"Walaupun saya keturunan peranakan (Tionghoa), tapi cinta saya pada Indonesia itu putih, sampai hari ini," tambahnya.
Selain itu, Anne merasa bingung dengan sikap orang-orang Indonesia yang menghujat negaranya sendiri.
Padahal menurutnya, orang-orang tersebut mencari makan, minum di negaranya.
"Saya saja yang habis, rata tanah, enggak tertinggal apapun. Saya sangat mencintai Indonesia. 100 persen saya cinta Indonesia," jelas Anne.
GridPop.ID (*)
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Veronica S |
Editor | : | Veronica S |
Komentar