"Efisiensi penularan antara kucing domestik menunjukkan secara signifikan perlunya menyelidiki rantai penularan antara manusia-kucing-manusia yang potensial terjadi," kata Richt.
Sedangkan analisis studi pada babi, peneliti menemukan bahwa babi yang terinfeksi SARS-CoV-2 tidak rentan terhadap infeksi tersebut dan tampaknya tidak menularkan virus tersebut ke hewan lain.
"Babi memainkan peran penting dalam pertanian di AS, yang membuatnya sangat penting untuk menentukan potensi kerentanan terhadap SARS-CoV-2. Hasilnya babi tidak mungkin menjadi pembawa virus tersebut," imbuh direktur Center of Excellence for Emerging and Zoonotic Animal Diseases di universitas tersebut.
Richt dan timnya berencana untuk melakukan studi lebih lanjut untuk lebih memahami penularan virus corona pada kucing dan babi.
Selain itu, mereka juga berencana untuk mempelajari apakah kucing kebal terhadap infeksi ulang dari virus penyebab Covid-19, setelah kucing pulih dari infeksi primer SARS-CoV-2.
Richt menegaskan studi tentang penularan virus SARS-CoV-2 pada kucing dan babi sangat penting untuk menilai risiko hingga penerapan strategi mitigasi untuk mengatasi masalah kesejahteraan hewan, serta manfaat lain dalam mengevaluasi calon obat dan vaksin Covid-19.
GridPop.ID (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Daripada Babi, Penularan Virus SARS-CoV-2 Lebih Rentan pada Kucing, Kok Bisa?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Septiana Hapsari |
Komentar