GridPop.ID - Tak hanya mampu ditularkan lewat manusia, hewan pun juga mampu menjadi perantara penyebaran virus Covid-19.
Salah satu hewan yang digadang-gadang menjadi penular Covid-19 adalah kelelawar.
Seiring perkembangan virus ini, beberapa hewan juga menjadi media penularan virus SARS-CoV-2.
Kolaborasi studi yang dilakukan para peneliti di Kansas State University ungkap temuan penting terkait penularan virus SARS-CoV-2 pada kucing domestik dan babi.
Dua penelitian baru-baru ini menghasilkan dua temuan penting tentang pandemi Covid-19 yang kini telah menginfeksi lebih dari 52 juta orang di seluruh dunia.
Kedua temuan tersebut disimpulkan bahwa kucing domestik atau kucing lokal dapat menjadi pembawa SARS-CoV-2 tanpa gejala, dan babi tidak mungkin menjadi pembawa virus yang signifikan, dikutip dari Science Daily, Kamis (19/11/2020).
"Penelitian lain menunjukkan bahwa pasien manusia yang terinfeksi Covid-19 dapat menularkan virus SARS-CoV-2 ke kucing, termasuk kucing lokal, bahkan spesies kucing besar seperti singa dan harimau," kata Jurgen A. Richt, profesor dari Regents di Kansas State University di College of Veterinary Medicine.
Richt mengatakan bahwa penemuan studi ini sangatlah penting karena menunjukkan bagaimana hubungan antara manusia dan hewan peliharaan terhadap potensi penularan virus corona.
Lebih lanjut Richt mengungkapkan sedikitnya, di Amerika Serikat ada sekitar 95 juta kucing peliharaan (kucing rumahan) dan sekitar 60 juta hingga 100 juta kucing liar.
Richt adalah penulis senior pada dua studi kolaboratif yang telah diterbitkan di jurnal Emerging Microbes and Infections.
Kedua studi ini di antaranya tentang 'Infeksi SARS-CoV-2, Penyakit dan Penularan pada Kucing Domestik' dan studi tentang 'Kerentanan sel babi dan babi domestik terhadap SARS-CoV-2'.
Bersama peneliti di K-State Biosecurity Research Institute, atau BRI, para peneliti ini menemukan bahwa kucing domestik mungkin tidak memiliki tanda klinis SARS-CoV-2 yang jelas.
Akan tetapi, kucing-kucing ini masih dapat menularkan virus corona baru tersebut melalui rongga hidung, mulut, rektal dan secara efisien dapat menulari kucing lain dalam dua hari.
Kendati demikian, studi lebih lanjut tetap diperlukan untuk mempelajari apakah kucing domestik dapat menyebarkan virus ke hewan dan manusia lain.
"Efisiensi penularan antara kucing domestik menunjukkan secara signifikan perlunya menyelidiki rantai penularan antara manusia-kucing-manusia yang potensial terjadi," kata Richt.
Sedangkan analisis studi pada babi, peneliti menemukan bahwa babi yang terinfeksi SARS-CoV-2 tidak rentan terhadap infeksi tersebut dan tampaknya tidak menularkan virus tersebut ke hewan lain.
"Babi memainkan peran penting dalam pertanian di AS, yang membuatnya sangat penting untuk menentukan potensi kerentanan terhadap SARS-CoV-2. Hasilnya babi tidak mungkin menjadi pembawa virus tersebut," imbuh direktur Center of Excellence for Emerging and Zoonotic Animal Diseases di universitas tersebut.
Richt dan timnya berencana untuk melakukan studi lebih lanjut untuk lebih memahami penularan virus corona pada kucing dan babi.
Selain itu, mereka juga berencana untuk mempelajari apakah kucing kebal terhadap infeksi ulang dari virus penyebab Covid-19, setelah kucing pulih dari infeksi primer SARS-CoV-2.
Richt menegaskan studi tentang penularan virus SARS-CoV-2 pada kucing dan babi sangat penting untuk menilai risiko hingga penerapan strategi mitigasi untuk mengatasi masalah kesejahteraan hewan, serta manfaat lain dalam mengevaluasi calon obat dan vaksin Covid-19.
GridPop.ID (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Daripada Babi, Penularan Virus SARS-CoV-2 Lebih Rentan pada Kucing, Kok Bisa?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Septiana Hapsari |
Komentar