GridPop.ID - Dr Faheem Younus, MD belakangan namanya mendadak jadi sorotan publik.
Beberapa pekan terakhir, ilmuwan dan dokter dari University of Maryland School of Medicine Health, Amerika Serikat itu tampak rajin mengunggah Tweet berisi saran kesehatan dalam Bahasa Indonesia.
Saran-saran kesehatannya pun mendapatkan banyak respons dari warganet.
Sebelumnya, siapakah sosok dokter ini ya?
Melansir dari Tribunnews, Faheem Younus adalah dokter dengan spesialis penyakit dalam dan penyakit menular.
Faheem Younus juga menjabat sejumlah beberapa posisi di University of Maryland, Upper Chesapeake Health, AS.
Beberapa jabatan tersebut mencakup Vice President, Chief Quality Officer, Chief Division of Infectious Diseases, dan Clinical Associate Professor.
Dikutip dari situs resmi University of Maryland, Faheem Younus pernah meraih sejumlah penghargaan.
Ia merupakan eksekutif dokter bersertifikat (CPE) yang memimpin program kualitas dan keamanan pasien Universitas Maryland Upper Chesapeake Health.
Faheem Younus juga ahli dalam manajemen perubahan.
Ia dihormati karena kemampuannya untuk mengubah dan menyelaraskan tim multidisiplin.
Faheem Younus berulang kali dipilih oleh rekan-rekannya untuk menerima penghargaan "Top Doc" yang diberikan setiap tahun oleh Majalah Baltimore.
Banyak pula yang penasaran dengan alasan kenapa seorang Faheem Younus ngetweet menggunakan Bahasa Indonesia.
Melansir dari Kompas.com ternyata, dokter yang mengantongi Certified Physician Executive (CPE) dan penghargaan Top Doc pada 2017 dan 2018 itu punya satu alasan mulia.
Sejak pandemi Covid-19 merebak, ia terus mengikuti perkembangannya, tak hanya pandemi di AS tetapi juga di negara-negara lain.
Ternyata, ini bukan pertama kalinya Younus mengunggah tweet menggunakan bahasa asing.
Diketahui sebelumnya, ia juga pernah menunggah saran-saran kesehatan menggunakan bahasa seperti Bahasa India, Bahasa Spanyol, hingga Bahasa Urdu.
"Saat itu Twitter saya gunakan untuk membantu masyarakat India ketika sedang krisis (pandemi), saya juga mengunggah tweet dalam Bahasa Spanyol untuk orang-orang Amerika Selatan -seperti Peru, Brasil, Ekuador, Argentina, karena banyak dari mereka belum sadar seberapa parah pandemi di sana."
"Saya juga mengunggah tweet dalam Bahasa Urdu, bahasa ibu saya karena saya lahir dan besar di Pakistan," ungkap Younus dalam Simposium Covid-19 bersama Humanity First Indonesia, Sabtu (17/7/2021).
Pada awalnya, Younus masih memberi saran kesehatan menggunakan Bahasa Inggris, baru kemudian mulai beralih ke Bahasa Indonesia.
Baginya, ini adalah kesempatan untuk melayani masyarakat sebagai seorang dokter.
"Saya memang tidak mengetahui segalanya dan tidak akan menyelesaikan masalah yang ada, tapi saya ingin jadi "tentara kecil" dalam perjuangan ini dan mengingatnya di tahun-tahun yang akan datang bahwa saya sudah berusaha memainkan peran saya dalam pandemi ini.
Itu saja motivasi saya," tuturnya.
Berawal dari Google translate
Banyak warganet penasaran tentang siapa yang membantu Younus mengunggah tweet dalam Bahasa Indonesia.
Rupanya, dokter mengawalinya dengan mesin penerjemah Google (Google translate) dan setelah itu sempat ada orang yang menawarkan bantuan untuk menerjemahkan beberapa tweet menjadi Bahasa Indonesia.
Meski sempat menerima bantuan tersebut, ia memutuskan kembali lagi menggunakan Google translate.
"Sekarang saya kembali ke Google translate 100 persen," ucapnya. Younus menceritakan kerja kerasnya dalam menerjemahkan satu tweet.
Pertama kali, ia akan menerjemahkan kalimat dalam Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia, lalu kemudian menerjemahkannya balik ke Bahasa Inggris untuk memeriksa apakah ada kesalahan. Prosesnya cukup memakan waktu.
Untuk itu, ia hanya sanggup mengunggah beberapa tweet Bahasa Indonesia dalam sehari.
Ia menyampaikan pesan spesial bagi masyarakat Indonesia. Menurutnya, pesan ini adalah satu-satunya kalimat Bahasa Indonesia yang diketahuinya.
"Indonesia akan baik-baik saja, pandemi ini akan berakhir," katanya dalam Bahasa Indonesia.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar