GridPop.ID - Kita semua pasti sudah tahu, daun kelor punya segudang manfaat yang tidak diragukan lagi.
Di Indonesia sudah banyak berbagai macam penelitian yang membuktikan bahwa kandungan di dalam daun kelor ini sangat baik untuk kesehatan..
Karena sudah terkenal dengan ajaibnya daun ini, pria asal Blora memanfaatkan peluang bisnis.
Ya, seorang pengusaha asal Blora, Jawa Tengah, bernama Ai Dudi Krisnadi, menangkap peluang tanaman kelor dari perspektif lain.
Mengkombinasikan aspek lokal budaya dan sains, ia tekun menggeluti budidaya dan olahan berbagai produk ekspor dari daun kelor.
Dilansir dari Kompas.com, Kang Dudi, sapaan akrabnya, kemudian menceritakan awal mula menggeluti bisnis kelor yang saat ini mampu meraih omzet hingga Rp 4 Miliar per tahun.
Pria asal Pangandaran, Jawa Barat, tersebut mengaku sudah melakukan riset tentang dunia kelor sejak sekitar 2011.
"Sebetulnya kalau yang teman-teman lihat saya pengusaha kelor, disebut miliarder kelor itu semua kecelakaan sejarah, jadi enggak ada dari awal saya itu berniat menjadi pengusaha kelor," katanya saat ditemui Kompas.com di Puri Kelorina, Desa Ngawenombo, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora, Sabtu (4/9/2021).
Dudi selanjutnya membuat lokasi penelitian sekaligus pembudidayaan kelor di sekitar desa hutan di Desa Ngawenombo, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora.
Pria berusia 52 tahun itu lalu mengikuti simposium Moringa Internasional di Filipina untuk mempelajari lebih jauh tentang dunia kelor dengan membawa produk coklat kelor.
"Jadi waktu dunia masih bicara bagaimana cara tanam yang baik, cara mencuci kelor yang baik, saya sudah membuat coklat kelor dan serbuk kelor dengan kehalusan 500 mesh, geger. 'lho kok kamu bisa seperti ini', diculik lah untuk berbicara," kenang Dudi.
Setelah dari kegiatan di Filipina, banyak orang dari luar negeri yang datang ke Blora untuk mencari tahu dan membuktikan produk kelor yang dikembangkan oleh Dudi.
Ada yang jauh-jauh terbang dari Jerman, Israel, Arab Saudi, bahkan dari Amerika Serikat dan Kanada.
"Semua pada ke sini ingin membuktikan benar enggak nih produk yang dibikin memiliki kandungan yang sedemikian tinggi. Ternyata mereka nungguin di sini beberapa hari, mulai dari panen sampai mengeringkan dengan SOP (Standard Operational Procedure)," ucapnya.
Dari situlah ia disebut sebagai penemu Moringa Nutrition Lock Methods atau metode pengunci nutrisi kelor.
Saat awal menjalani bisnis tersebut, ia mengaku banyak menghadapi kendala.
Tak cukup dianggap gila, ia sempat diusir lantaran usaha tanaman kelornya yang luas. Kelor, bagi sebagian masyarakat, dikaitkan dengan perihal mistis.
Baca Juga: Menguak Segudang Manfaat Daun Kelor yang Ternyata Bisa Buat Wajah Glowing Bak Perawatan Mahal
"Banyaklah, dianggap orang gila, diusir tokoh-tokoh karena bertentangan dengan ilmu-ilmu mereka, dikira mau memerangi ilmu magis mereka," kata Dudi.
Kini Dudi mengaku mampu meraih omzet Rp 4 miliar per tahun dari bisnis tanaman kelor (Moringa olifeira) yang dijalaninya selama ini.
"Kemarin ya masih Rp 4 miliar per tahun. Karena kalau kami lebih banyak ke pembelajaran, ya karena jual sistem itu," ucap Dudi.
Ia pun mengenang masa-masa ketika dulu masih minim dukungan, termasuk pemerintah.
"Pemerintah sendiri dulu jelas enggak peduli. Kalau sekarang mah pemerintah sudah sangat support dengan kelor," kelakarnya.
Menurut dia, kebutuhan pasokan kelor untuk mencukupi pasar global masih sangat terbuka lebar.
Sejumlah negara Eropa, Timur Tengah, hingga Amerika sangat membutuhkan produk kelor.
"Banyak yang tidak percaya ke saya ketika saya bilang pasar kelor itu triliunan per tahun. Padahal itu bukan kata saya, hasil hitung-hitungannya Kementerian Luar Negeri Uni Eropa seperti itu," ujar Dudi.
Menurut Dudi, kebutuhan pasar dunia seperti itu hanya baru dicukupi 30 persen.
"Dalam 30 persen itu, 80 persennya disuplai oleh India," kata dia.
Dengan demikian, menurut Dudi, masih banyak kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan bisnis kelor.
Apalagi, tanaman kelor sangat bagus dibudidayakan di wilayah tropis seperti Indonesia. Kelor bisa tumbuh di manapun karena semakin bagus ketika dekat dengan matahari.
Kandungan nutrisinya terbilang konsisten, baik yang ditanam dari Aceh hingga Papua.
"Tapi ketika diolah, itu bisa berlipat tinggi atau bisa menjadi bahaya untuk dikonsumsi. Jadi kualitas kelor itu bagaimana mengolahnya, bukan di mana menanamnya," kata Dudi.
Untuk saat ini, pria berusia 52 tahun tersebut mengaku sudah mempunyai sekitar 150 produk dari tanaman kelor.
Hampir semua produknya, juga telah mendapatkan sertifikat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Hampir seluruh syarat sertifikasi industri pangan itu sudah saya dipenuhi," kata dia. Untuk itu, pemilik PT Moringa Organik Indonesia tersebut berharap, semakin banyak masyarakat Indonesia yang mulai mencoba berbisnis produk tanaman kelor.
"Mari, bangsa kita mampu kok menjadi pemain kelor dunia, mampu kok. Saya sendiri yang kekuatannya seperti ini mampu kok.
Karena selama 10 tahun lebih ya saya ibarat lomba lari sendiri, ya pasti menanglah. Jadi bukan karena saya pintar, tapi karena saya lomba lari sendirian," kata Dudi.
Kabar gembira, Dekranasda Provinsi Nusa Tenggara Timur ( Dekranasda NTT) dan Moringa Organik Indonesia (MOI) siap mengekspor kelor NTT pada bulan Desember mendatang.
Dilansir dari PosKupang.com, hal ini diungkapkan Direktur PT. Moringa Organik Indonesia (MOI), Dudi Krisnadi dalam pertemuan bersama Ketua Dekranasda NTT, Julie Sutrisno Laiskodat dan Wakil Ketua Dekranasda NTT, Maria Fransiska Djogo di kantor Dekranasda NTT, Minggu, 05 September 2021.
"Sekarang kami MOI sudah merasa yakin. aipa yang sudah dilakukan dengan senyap itu sudah siap sehingga bisa dikatakan NTT sudah siap ekspor kelor berbasis kualitas," kata Dudi.
Menurut dia, misi Gubernur untuk kelor sendiri ada dua yang disebut Kelorist Way.
"Pertama meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sesuai pesan Undang - Undang Kesehatan dan satu lagi meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Pos Kupang |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar