GridPop.ID - Maulid Nabi Muhammad tahun 2021 jatuh pada tanggal 19 Oktober.
Sebagian umat Islam memperingati Maulid Nabi dengan melakukan perayaan sebagai ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.
Dilansir dari laman tribunlifestyle.com, tradisi perayaan Maulid Nabi sudah ada sejak zaman dahulu.
Maulid Nabi merupakan hari peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Peringatan tersebut jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah.
Dalam merayakannnya, berbagai daerah pun memiliki tradisi unik masing-masing.
Setiap tradisi masyarakat tak bisa dipisahkan dari kuliner khas.
Beberapa di antaranya bahkan hanya muncul di perayaan Maulid Nabi Muhammad saja.
Dilansir melalui laman kompas.com, berikut ini makanan yang muncul khas untuk perayaan Maulid Nabi Muhammad di beberapa daerah di Indonesia seperti dilansir dari berbagai sumber.
1. Ampyang Maulid
Dilansir dari Kompas.com, Ampyang Maulid berasal dari Kudus, Jawa Tengah.
Ampyang adalah tandu yang berisi nasi kepel dibungkus dengan daun jati. Nasi bungkus ini kemudian dirangkai menjadi mirip gunungan setinggi 1,5 meter.
Selain nasi kepel, ada pula gunungan berisi buah-buahan dan hasil sayuran lain.
Ampyang berisi nasi lengkap dengan kerupuk dan sayur yang dibungkus daun jati. Ratusan nasi bungkus ini kemudian akan diperebutkan warga.
Sebelumnya ampyang didoakan lebih dahulu oleh tokoh pemuka dan sesepuh agama Islam di Loram Kulon.
Pembagian ampyang jadi puncak acara setelah kirab berakhir.
2. Kuah Beulangong
Kari kambing khas Aceh ini sebenarnya tak hanya muncul di perayaan Maulid Nabi saja.
Masyarakat Aceh biasanya memasak kuah beulangong di berbagai perayaan, seperti kenduri, penyambutan kelahiran, pesta pernikahan, dan masih banyak lagi.
Dilansir dari Tribun Travel, kuah beulangong adalah kuah kari kambing yang dimasak ke dalam beulangong.
Beulangong merupakan belanga yang berukuran sangat besar. Kuah beulangong terdiri dari daging kambing yang dicampur dengan nangka muda.
3. Sumpil
Masyarakat Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah punya makanan khas yang muncul di perayaan Maulid Nabi Muhammad.
Sumpil adalah makanan berbahan dasar beras. Mirip dengan ketupat, tapi dibungkus dengan daun bambu dan dibentuk limas segitiga.
Biasanya sumpil dimakan bersama sambal kelapa.
Sumpil bisa ditemukan dalam tradisi weh-wehan atau hantaran saat peringatan Maulid Nabi Muhammad.
Konon sumpil diperkenalkan sejak zaman Sunan Kalijaga. Bentuk limas segitiga ini dilansir Kompas.com, memiliki arti sendiri.
Garis segitiga ke atas menandakan hubungan antara manusia dengan Allah atau habluminallah.
Sementara garis ke bawah menandakan hubungan sesama manusia atau habluminannas.
4. Nasi Suci Ulam Sari
Di Pacitan, Jawa Timur, ada nasi suci ulam sari yang khas muncul saat perayaan Maulid Nabi Muhammad.
Nasi ini merupakan simbol permohonan masyarakat supaya dijauhkan dari mara bahaya dan diberkahi Tuhan.
Biasanya nasi suci ulam sari disajikan pada malam 12 Rabiul Awal.
Nasi ini dibawa setiap kepala keluarga ke rumah tokoh masyarakat atau masjid kampung. Nasinya sendiri berupa nasi uduk yang dibentuk tumpeng berbagai ukuran.
Kemudian di atasnya diberi lauk ayam utuh yang direbus dan ditambah pelengkap lain seperti sayuran.
5. Kue Kolombengi dan Wapili
Kue kolombengi dan wapili menjadi hiasan tolangga atau usungan untuk menyambut perayaan walima atau Maulid Nabi Muhammad di Gorontalo.
Dilansir dari Kompas.com, tolanggan dibuat dari kayu atau rotan yang berbentuk menara atau perahu.
Dari pucuk sampai ke bawah, biasanya dipenuhi oleh dua jenis kue khas ini.
Kolombengi atau plemben terbuat dari telur dan tepung terigu.
Biasanya masyarakat sudah membuat kue kolombengi sejak beberapa hari sebelum perayaan Maulid karena jumlah yang dibutuhkan bisa mencapai ribuan kue.
Sementara kue wapili atau wafel memang mirip dengan waffle khas Belgia.
Bedanya, kue ini dibuat dengan bahan berupa tepung beras, gula merah, santan, dan telur. Namun secara umum tekstur dan tampilan antara wapili dan waffle hampir sama.
6. Endog-endogan
Tradisi yang berlangsung di Kabupaten Banyuwangi ini khusus dilakukan pada Maulid Nabi.
Dilansir dari Kompas.com, masyarakat Banyuwangi menyebutnya Tradisi Muludan Endog-endogan.
Endog dalam bahasa Indonesia artinya telur.
Telur direbus biasa lalu ditusuk dengan bambu kecil.
Tusukan tersebut kemudian dihias dengan kembang kertas yang disebut kembang endog.
Kembang endog ini lalu ditancapkan pada jodang, yakni pohon pisang yang juga dihias dengan kertas warna-warni.
Jodang-jodang tersebut kemudian diarak keliling kampung.
Diiringi dengan alat musik tradisional seperti alat musik patrol, terbang, atau rebana.
Setelahnya, barulah telur dibagikan pada masyarakat selepas pengajian dan makan bersama.
Sebagai tambahan, meski Maulid Nabi Muhammad jatuh pada 19 Oktober namun pemerintah memutuskan untuk menggeser libur Maulid Nabi menjadi tanggal 20 Oktober.
Dikutip dari pemberitaan tribunnews.com, perubahan hari libur tersebut tertuang dalam Surat Keputusan bersama Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi, Birokrasi Nomor 712, 1, dan 3 Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Bersama Menag, Menaker, Menpan dan RB Nomor 642, 4, dan 4 Tahun 2020 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama.
Dirjen Bimas Islam Kemenag RI Kamaruddin Amin mengatakan, kebijakan untuk menggeser hari libur Maulid Nabi Muhammad SAW ini merupakan upaya pencegahan dan penanganan penyebaran dan antisipasi munculnya klaster baru Covid-19.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,tribunnews,tribunlifestyle.com |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar