GridPop.ID - Sambal menjadi salah satu favorit masyarakat di Indonesia.
Bahkan, banyak orang yang tidak bisa makan jika tak ada sambal.
Alhasil, ada banyak jenis sambal yang bisa dibuat dengan mudah untuk dijadikan pelengkap saat makan.
Namun, mulai sekarang, kalian juga harus memperhatikan cara membuat sambal yang baik agar tak berbahaya bagi kesehatan.
Seperti diketahui, sambal memang tak bisa dipisahkan dari minyak.
Untuk sambal terasi, biasanya kita menggoreng dulu bawang, cabai, tomat hingga terasinya dalam minyak panas, lalu baru kemudian diulek.
Dilansir dari laman sajiansedap.com, sambal bawang yang tenar belakangan juga dibuat mentah lalu hanya disiramkan minyak goreng panas di atasnya.
Hasilnya, sambal terasa segar karena aroma bawang dan cabai yang khas tapi juga nikmat di lidah.
Nah, minyak ini juga memainkan peranan penting untuk membuat sambal lebih enak, lo.
Karena itu, banyak orang sengaja menggunakan minyak sisa goreng ayam untuk membuat sambal.
Tujuannya, aroma dan rasa ayam goreng yang tertinggal dalam minyak memberikan cita rasa nikmat pada sambal.
Tapi ternyata, hal tersebut bisa jadi langkah yang salah, nih!
Soalnya, minyak yang digunakan untuk menggoreng ayam biasanya sudah berubah menjadi minyak trans.
Pasalnya, untuk menggoreng ayam, biasanya kita menggunakan temperatur tinggii.
Nah, di atas penggorengan, temperatur tinggi mempercepat perubahan minyak yang tadinya bersifat cis (tidak berbahaya), menjadi trans (berbahaya).
Minyak pun menjadi berisiko jika digunakan lagi.
Jadi, kebiasaan menggunakan minyak jelantah (minyak bekas menggoreng) untuk sambal, atau campuran makanan lainnya, sebaiknya dihindari.
Kenapa?
Bahaya Minyak Trans atau Minyak Jelantah
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi minyak trans akan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan.
Seperti meningkatkan kolesterol LDL (low density lipoprotein), menurunkan kolesterol HDL (high density lipoprotein), dan meningkatkan rasio total kolesterol.
Kolesterol LDL ini merupakan kolesterol jahat.
Ketika jumlah LDL ini sudah terlalu banyak beredar akan mengakibatkan penumpukkan LDL di dinding bagian dalam arteri yang memberi nutrisi ke jantung dan otak.
Bersama dengan zat lainnya, LDL dapat membentuk plak yang dapat mempersempit arteri.
Kondisi ini dikenal sebgai aterosklerosis. Jika gumpalan darah terbentuk dan menyumbat arteri yang menyempit, serangan jantung atau stroke dapat terjadi.
Dengan berbagai dampak yang dapat ditimbulkan, maka sebaiknya penggunaan minyak goreng secara berulang-ulang harus dihindari.
Pemakaian minyak goreng sampai tiga kali, masih dapat ditoleransi dan dianggap baik atau tidak membahayakan bagi kesehatan manusia.
Akan tetapi, jika pemakaian minyak goreng dilakukan lebih dari tiga kali serta sudah terjadi perubahan fisik pada minyak, maka hal tersebut tidak baik dan harus dihindari penggunaannya.
Mengapa lemak trans sering dianggap bahaya?
Dilansir oleh kompas.com yang merangkum Health Line, dokter khawatir tentang penambahan asupan lemak trans karena dapat meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan penyakit diabetes tipe 2.
Lemak trans juga memiliki efek tidak sehat pada kadar kolesterol tubuh. Ada dua jenis utama kolesterol, yakni:
- Lipoprotein densitas rendah (LDL) atau kolesterol jahat yang dapat menumpuk di dinding arteri, membuatnya menjadi keras dan menyempit
- Lipoprotein densitas tinggi (HDL) atau kolesterol baik yang dapat mengambil kelebihan kolesterol dan membawanya kembali ke hati
Lemak trans di sini dapat meningkatkan kolesterol jahat dan menurunkan kolesterol baik.
Jika timbunan lemak di dalam arteri robek atau pecah, bekuan darah dapat terbentuk dan menghalangi aliran darah ke bagian jantung hingga menyebabkan serangan jantung.
Sementara, jika bekuan darah terbentuk dan menghalangi aliran darah ke bagian otak, hal itu dapat menyebabkan stroke.
GridPop.ID (*)
Source | : | Sajiansedap.id,Kompas.com |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar