Mereka membagi tugas seperti memasak, mencuci hingga menjaga anak.
Saat hendak melahirkan, ada yang hanya diantar oleh sesama korban.
“Ada yang mau melahirkan, diantar oleh mereka sendiri, saat ditanya mana suaminya, alasannya suaminya kerja di luar kota, jadi begitu selesai melahirkan, bayar langsung pulang, tidak urus surat-surat anaknya,” katanya.
Menurut Diah, dirinya mendampingi langsung kasus ini dan bicara langsung dengan para korban hingga detail bagaimana kehidupan mereka sehari-hari di tempat tersebut.
Itu lah sebabnya Diah merasakan betul kegetiran yang dialami anak-anak yang jadi korban tindak asusila HW.
"Merinding saya kalau ingat cerita-cerita mereka selama di sana diperlakukan oleh pelaku,” katanya.
Bukan korban tidak melawan, namun pelaku melakukan doktrinasi kepada para korban.
Bahkan pelaku kerap mengancam kepada anak-anak.
Source | : | Kompas.com,TribunBali.com |
Penulis | : | Ekawati Tyas |
Editor | : | Ekawati Tyas |
Komentar