GridPop.ID - Perayaan natal akan jatuh pada 25 Desember 2021 besok.
Selama ini, momen natal diketahui identik dengan Sinterklas atau pohon Natal.
Namun, tak hanya 2 hal itu, momen natal ternyata juga begitu lekat dengan hidangan istrimewa yang disajikan di atas meja makan.
Menjelang atau ketika hari Natal, anggota keluarga biasanya akan berkumpul di ruang makan untuk menikmati beragam makanan dan minuman yang tersedia.
Mulai dari susu, kudapan, hingga menu utama, selalu siap menjadi teman pendamping.
Khususnya tatkala masing-masing anggota keluarga bercengkrama dan berkumpul selama Natal.
Lalu, apa saja hidangan khas yang wajib ada ketika Natal?
Dilansir dari laman kompas.com, berikut 6 hidanganyang wajib disajikan ketika natal!
1. Kue jahe
Kamu tentunya sudah tidak asing dengan kue jahe atau yang populer disebut gingerbread.
Karena kepopuleran kue yang satu ini, kue jahe sampai dijadikan ikon Natal hingga karakter animasi di sejumlah film/ kartun anak.
Kue ini menyuguhkan cita rasa jahe yang kaya dan menghangatkan.
Awal mulanya, kue jahe merupakan kreasi makanan orang Eropa yang mendapat rempah-rempah dari kawasan Asia.
Pada abad pertengahan, orang Eropa memang berambisi merajai jalur perdagangan rempah-rempah, karena komoditas ini sangatlah penting bagi mereka.
Lambat laun, resep kue jahe terus berkembang dan setiap daerah punya keunikan rasanya masing-masing.
Menurut cerita, Ratu Elizabeth I dari Inggris adalah orang pertama yang membuat roti jahe menjadi laki-laki.
2. Eggnog
Eggnog adalah minuman yang terbuat dari susu dan telur dengan cita rasa manis.
Meski minuman ini populer sebagai hidangan khas Natal, awalnya hanya para elite dan orang kaya yang bisa menikmati eggnog karena bahan pembuatannya sangat mahal.
Bangsawan Inggris biasa menyajikan eggnog sebagai minuman musim dingin yang hangat dan ditambahkan brandy dan sherry agar tidak mudah rusak.
Tapi, seiring berjalannya waktu, koloni-koloni di benua Amerika pada tahun 1700-an, mengganti brandy dan sherry dengan rum.
Berawal dari itu, rum juga disebut grog. Para bartender lantas menamai minuman ini dengan egg-n-grog dan berubah menjadi eggnog.
3. Jeruk Natal
Jeruk ternyata tidak hanya identik saat perayaan Tahun Baru Cina saja, lho.
Sebabnya, ketika Natal, buah ini juga bisa disajikan.
Awal mula jeruk menjadi buah khas Natal bermula ketika ada cerita menyebut Santo Nicholas -yang dikenal sebagai Sinterklas- pada abad ke-19 sering meninggalkan jeruk di kaus kaki Natal.
Jeruk dipilih karena harganya yang terjangkau, ketimbang koin emas yang diharapkan banyak orang ditinggalkan oleh Sinterklas di dalam kaus kaki Natal.
4. Fruit cake
Di urutan ke-4 ada fruit cake yang sering menjadi adalan di atas meja makan ketika Natal.
Ketika Ratu Victoria dari Inggris masih berkuasa, fruit cake adalah makanan berkelas ketika Natal.
Fruit cake dibuat dari buah dan kacang kering yang diawetkan dari musim gugur dan disimpan untuk acara-acara khusus.
Meski begitu, sebenarnya fruit cake sudah dikenal ketika Romawi masih eksis. Kala itu, fruit cake bernama satura dan bisa awet.
5. Permen tongkat
Anak-anak pastinya menyukai makanan khas Natal yang satu ini. Dari nama dan bentuknya, tentu sudah bisa ditebak bahwa permen tongkat punya cita rasa yang manis legit.
Awalnya, permen ini diciptakan untuk menghibur anak-anak selama misa Natal berlangsung.
Ide untuk membengkokan salah satu ujung permen tongkat, diyakini terinspirasi dari tongkat gembala.
Tapi, beberapa orang mengatakan bahwa lengkungan di permen tongkat sengaja dibuat supaya mudah digantung di pohon Natal.
Dalam beberapa cerita, warna putih pada permen tongkat melambangkan kemurnian. Sedangkan, warnamerah dipiluh sebagai simbol darah Kristus.
Pada tahun 1920-an Amerika, permen tongkat mulai diproduksi secara massal dan mulai menjadi simbol Natal.
6. Acar Natal
Kamu mungkin terbiasa melihat lampu, bintang, dan pernak-pernik lainnya tergantung di pohon Natal.
Tapi, pada zaman dahulu, konon kabarnya orang-orang juga mengantungkan hiasan acar untuk mendatangkan keberuntungan.
Beberapa cerita sejarah mengklaim, kebiasaan ini berasal Jerman.
Tapi, ada juga yang menyebut acar menjadi simbol keberuntungan sebab seorang prajurit Jerman-Amerika secara ajaib pulih usai memakan acar saat waktu Natal.
Sebagai tambahan yang mengutip dari laman tribunnews.com, Uskup Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Kardinal Ignatius Suharyo mengatakan, umat Katolik memaknai Natal tahun sebagai persaudaraan.
Dimana, pesan Natal persaudaraan itu wujudnya bisa macam-macam.
Misalnya pertanyaannya apa yang harus dilakukan supaya lingkungan hidup di masa pandemi ini menjadi semakin manusiawi.
Hal itu disampaikan Kardinal Suharyo saat berbincang Ngopi Sore yang disiarkan Radio Sonora, Kamis (23/12/2021).
"Pertanyaan ini harus dijawab jadi misalnya jawabannya adalah konkrit ya supaya ikut terlibat mencegah berkembangnya virus Covid 19, maka keluarga saya tidak akan pergi kemana-mana," kata Kardinal.
Menurut Kardinal Suharyo, sikap itu sangat konkrit sekali, dimana umat Katolik harus berperan serta pastinya.
"Jadi kita cari yang paling konkrit yang selama ini kan usaha kita di Paroki-paroki di Keuskupan Agung Jakarta supaya gereja tidak menjadi Cluster baru penyebaran covid-19 dan Nanti pada masa Natal tahun baru ini hal yang sama mesti diwujudkan di dalam bentuk yang berbeda," ucapnya.
"Salah satunya misalnya demi kebaikan bersama demi persaudaraan demi cinta tanah air demi kepedulian Saya tidak akan kemana-mana konkrit sekali Nah itu harus dijawab dengan jawaban yang berbeda-beda oleh komunitas yang berbeda-beda," jelasnya.
Kardinal Suharyo menyampaikan pesan Natal di tahun ini sesuai dengan pesan persekutuan gereja-gereja di Indonesia (PSI) dan Konferensi Waligereja di Indonesia (KWI).
Yakni, pertama mari kesempatan Natal ini jadikan kesempatan untuk sungguh mengalami kasih Kristus bukan hanya dikatakan, tetapi sungguh diresapkan di dalam batin.
"Nah kalau kasih Kristus merasuki dalam batin lalu kasih itu ada dalam diri saya. Nah sebagai buah dari Natal itu kasih Kristus itu ada di dalam diri saya mau tidak mau tandanya adalah mewujudkan kasih itu di dalam membangun persaudaraan dalam arti yang seluas-luasnya," kata Kardinal Suharyo.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar