Meski terlihat tak begitu luas, kata dia, kerangkeng tersebut bisa memuat paling banyak 50 tahanan.
"Di bawah pun bisa tidur, jadi dilapisi karpet. Maksimal 50 orang, kalau sudah penuh ya tidak terima" jelasnya.
Lebih lanjut, Suparman membantah jika para tahanan dipekerjakan tanpa gaji di kebun kelapa sawit milik Terbit.
Justru, kata Suparman, para tahanan diberi pembinaan sesuai keahlian.
Hal itu pula yang dulu dirasakan Suparman.
"Dia dibina berdasarkan keahlian mereka. Misalkan dia dulu punya bengkel, kalau memang memungkinkan ya diberi keahlian," jelasnya.
"Saya dulu sekolah di akademi perawat, lantaran jahat orangtua tidak sanggup lagi."
Suparman mengaku kehidupannya kini jauh lebih baik seusai keluar dari kerangkeng milik Terbit.
Dulu, Suparman yang merupakan penjudi bahkan nyaris kehilangan keluarganya.
Source | : | Kompas.com,TribunWow |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar