GridPop.ID - Pria ini alami nasib pahit.
Pasalnya, pria ini tewas setelah mengalami kekerasan dari seniornya.
Bahkan, pelaku tega menendang kemaluan korban.
Tak hanya itu, pelaku justru terus melancarkan aksinya meski korban berteriak kesakitan.
Hal ini dialami oleh seorang mahasiswa Universitas Taman Siswa (UNITAS) di Palembang, Sumatera Selatan pada tahun 2019 silam.
Reka ulang kasus kekerasan yang menewaskan mahasiswa Universitas Taman Siswa (UNITAS) ini baru saja digelar pada Senin (11/11/2019)
Melansir Kompas.com dan Sripoku, Selasa (12/11/2019) kejadian nahas ini terjadi saat korban mengikuti Diksar Menwa pada 16 Oktober 2019.
Dalam kasus ini terdapat tiga tersangka yang merupakan senior korban dari Menwa yang berasal dari Universitas Muhammadiyah, Palembang.
Ketiga tersangka tersebut adalah R, IS dan KI.
Diketahui panitia diksar berasal dari mahasiswa Muhammadiyah Palembang, sedangkan pesertanya dari UNITAS.
Diketahui, selama acara diksar berlangsung, terlihat jelas adanya tindak kekerasan yang terjadi pada korban dari ketiga seniornya tersebut.
Akibat tindak kekerasan itu, Muhammad Akbar jatuh dan teguling ke tanah hingga membutuhkan bantuan medis.
Dilansir sosok.id dari Sripoku, reka adegan rekontruksi kasus pun telah digelar oleh Polres Ogan Ilir, Sumatera Selatan pada Senin (11/11/2019) kemarin.
Reka adegan diikuti oleh tiga tersangka, puluhan saksi, jaksa penuntut dari Kejari Ogan Ilir dan penasihat hukum tersangka serta keluarga korban.
Puluhan personel polisi yang berseragam maupun pakaian sipil mengawal reka adegan yang disaksikan Kapolres Ogan Ilir AKBP Imam Tarmudi.
Berdasarkan kesaksian para saksi mata, Muhammad Akbar sempat berteriak-teriak kesakitan saat menjalani diksar Menwa.
"Saya sempat menenangkan Akbar (korban), yang berteriak-teriak setelah mendapat materi.
Ia teriak meluapkan emosinya, dalam posisi terbaring," ujar salah seorang saksi yang juga Ketua Satuan Menwa Taman Siswa, Agustinus.
Saksi juga menyebut korban sempat diikat kakinya oleh salah satu senior.
Dilansir Sosok.ID dari Kompas.com, berdasarkan pengakuan pelaku yang mengikat, tindakan itu ia lakukan untuk meluruskan kaki korban yang keram dan tak bisa berjalan.
Tak hanya mengikat kaki korban dengan tali, dalam rekonstruksi yang dilakukan, salah satu senior menendang kemaluan korban dari belakang.
Hal itu ia lakukan dengan dalih pendisplinan saat korban hendak beraktivitas pagi.
Akibat tendangan tersebut, korban sempat terguling di lapangan sambil memegang kemaluannya dengan ekspresi kesakitan.
Tak lama dari aksi tersebut, korban tiba-tiba mengalami kejang-kejang hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit terdekat.
Namun sayang, rupanya nyawa korban tak bisa diselamatkan.
Melansir Sripoku, saat menyaksikan reka adegan kasus kekerasan yang membunuh anaknya, ibunda Muhammad Akbar tak berhenti-hentinya menangis.
Sesekali ia melampiaskan amarahnya kepada 3 tersangka kasus pembunuhan anaknya.
"Kejam sekali kalian, anak saya kalian perlakukan seperti itu. Anak saya di sini untuk pendidikan, kenyataannya dia disiksa," teriak Ibunda Muhammad Akbar dari pinggir garis pembatas.
Ibu korban meminta kepada aparat, untuk menegakkan keadilan kepada siapapun yang ditetapkan sebagai tersangka.
Ibunda Muhammad Akbar berharap pula agar jika ada tersangka lain yang terlibat, untuk diproses secara hukum.
"Harapan saya kepada ketiga tersangka dihukum mati," jelasnya.
Sementara itu, kasus serupa juga kembali terulang pada tahun 2021 kemarin.
Dilansir dari laman tribunnews.com, GE meninggal dunia setelah mengikuti diklat dasar (Diksar) yang diadakan oleh Resimen Mahasiswa (Menwa) UNS, Minggu (24/10/2021).
Kasatreskrim Polresta Surakarta, AKP Djohan Andika, mengatakan adanya dugaan GE, mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang tewas saat mengikuti Diksar Menwa, sudah meninggal saat dalam perjalanan menuju RS Moewardi.
Hal itu diungkapkan berdasarkan hasil klarifikasi terhadap dokter yang pertama kali memeriksa GE.
Selain itu, saat tiba di RS Moewardi, GE tidak dibawa ke UGD melainkan langsung dibawa ke kamar mayat.
"Jadi hasil pada saat awal ke RS Moewardi, hasil klarifikasi terhadap dokter yang memeriksa pertama kali bahwa korban pada saat dibawa ke rumah sakit sudah tidak bernyawa."
"Sehingga bukan dibawa ke UGD tapi langsung ke kamar mayat," kata Djohan dalam tayangan video di kanal YouTube Kompas TV, Kamis (28/10/2021).
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,tribunnews,Sosok.id |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar