GridPop.ID - Angka kematian akibat Covid-19 varian Omicron terus meningkat hingga 100 orang dalam sehari per Jumat (11/02/2022).
Masyarakat pun harus meningkatkan kewaspadaannya di tengah pandemi yang tak kunjung menunjukkan tanda berkesudahan.
Apalagi ternyata ada perbedaan gejala Omicron pada anak dan orang dewasa yang perlu diwaspadai.
Melansir dari KompasTV, terjadi peningkatan 25 kali lipat dari 6 Januari lalu, ketika jumlah kematian sebanyak empat orang.
Peningkatan puluhan kali lipat tersebut menjadi sorotan, apalagi kasus baru dalam sehari pada 11 Februari mencapai lebih dari 40 ribu.
Lapor Covid-19 menyebut dengan kasus terus naik dan tren kematian juga "terus meningkat", inilah fase bahaya terselubung yang menghanyutkan kewaspadaan kita.
Sementara itu, dokter spesialis paru, dr Sri Melati Munir Sp.P(K), menjelaskan terdapat perbedaan gejala yang dialami pasien Covid-19 varian Omicron anak dan dewasa.
Sri Melati menyebut pada dasarnya gejala yang dirasakan sama.
Baik itu anak-anak maupun dewasa, tetap akan merasakan sakit tenggorokan, batuk, flu dan kelelahan.
Gejala yang dirasakan pun lebih pada menyerang di saluran pernapasan atas.
"Penularannya tidak membedakan anak-anak, dewasa tua, muda. Gejala mirip, semua sama. Tidak ada pengaruh umur."
"Hanya saja pada anak-anak batuk lebih dominan dan lebih keras," ungkap Sri Melati, dikutip dari Tribunnews.com, Minggu (13/2/2022).
Sri Melati menjelaskan, hal ini dikarenakan saluran pernapasan anak lebih kecil sehingga batuk akan terdengar khas sekali.
Yaitu kering dan kencang.
Sementara pada orang dewasa, memang ada gejala batuk disertai hidung tersumbat, mual, mutah, diare, demam, rasa dingin, dan hilang penciuman.
Berikut perbedaan gejala Omicorn pada anak dan orang dewasa.
Gejala Ringan
Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia.
Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek, mialgia.
Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah, hilang penciuman (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia) yang muncul sebelum onset gejala pernapasan juga sering dilaporkan.
Gejala Sedang
Pada pasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) tanpa tanda pneumonia berat termasuk SpO2 > 93% dengan udara ruangan.
Pada anak-anak: pasien dengan tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk atau sulit bernapas + napas cepat dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada tanda pneumonia berat).
Kriteria napas cepat:
- Usia kurang dari 2 bulan, lebih dari atau sama dengan 60 kali per menit;
- Usia 2–11 bulan, lebih dari atau sama dengan 50 kali per menit;
- Usia 1–5 tahun, lebih dari atau sama dengan 40 kali per menit;
- Usia >5 tahun, lebih dari atau sama dengan 30 kali per menit.
4. Gejala Berat
Pada pasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat, atau SpO2 < 93% pada udara ruangan.
Pada pasien anak: pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk atau kesulitan bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
a. Sianosis sentral atau SpO2<93%;
b. Distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan dinding dada yang sangat berat);
c. Tanda bahaya umum : ketidakmampuan menyusu atau minum, letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang.
d. Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea:
- Usia
- Usia 2–11 bulan, ≥50x/menit;
- Usia 1–5 tahun, ≥40x/menit;
- Usia >5 tahun, ≥30x/menit.
GridPop.ID (*)
Source | : | Tribunnews.com,KompasTV |
Penulis | : | Arif B |
Editor | : | Veronica S |
Komentar