GridPop.ID - Di awal munculnya kasus tewasnya Brigadir J, Irjen Ferdy Sambo rupanya sempat mengundang beberapa orang penting ke kantornya di Mabes Polri di Jakarta.
Saat itu Ferdy Sambo belum dinonaktifkan dari jabatan Kadiv Propam Polri.
Anggota Kompolnas Poengky Indarti dan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran yang datang menemui Ferdy Sambo di kantornya.
Dilansir dari Kompas.com, hal ini diungkap Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Benny Mamoto, jika Irjen Ferdy Sambo sempat menangis di hadapan anggota Kompolnas Poengky Indarti beberapa hari setelah pembunuhan Brigadir J.
Benny mengungkapkan, awalnya Poengky dihubungi oleh Sambo yang meminta waktu untuk bertemu.
Namun, saat ditemui, Sambo justru menangis di hadapan Poengky.
"Beliau (Poengky) datang kemudian ketemu, yang bersangkutan (Sambo) nangis-nangis curhat seperti ceritanya itu," kata Benny di acara Rosi Kompas TV, Kamis (11/8/2022).
Setelah itu, Poengky pun melaporkan pertemuannya dengan Sambo ke Benny maupun Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD.
Menurut Benny, tak ada yang salah dari kedatangan Poengky yang menemui Sambo tidak didasari oleh hubungan dinas.
Ia mengatakan, saat ditelepon, Poengky pun belum mengetahui peristiwa pembunuhan Brigadir J di rumah dinas Sambo.
"Itu diketahui Bu Poengky setelah ketemu, bukan di telepon ngomong 'saya ada masalah ini, tolong ke sini', tidak.
Bu Poengky setengah kejebak dong karena tidak tahu masalah, disuruh datang begitu saja," kata dia.
Benny mengaku tidak pernah bertemu dan berkomunikasi dengan Sambo setelah peristiwa pembunuhan Brigadir J terjadi.
Ia menepis tudingan yang menyebut dirinya mendapat imbalan dari Sambo terkait kasus pembunuhan Brigadir J.
"Saya tidak pernah komunikasi dengan Ferdy Sambo dalam urusan ini sampai dengan saat ini, kemudian saya tidak pernah urusan dengan dia, yang lalu sebatas pada urusan kedinasan saja waktu kasus Brotoseno. Sudah sampai situ, tidak ada deal-deal apapun," kata Benny.
Sementara itu dilansir dari Tribunnews.com, Menko Polhukam Mahfud MD di acara podcast YouTube Deddy Corbuzier, Jumat (12/8/2022) juga mengatakan tak lama setelah kematian Brigadir J, Ferdy Sambo sempat memainkan jebakan psikologis dengan sandiwara menangis-nangis di dahapan sejumlah pihak antara lain Kompolnas dan Komnas HAM.
Tujuannya agar muncul dukungan untuk skenario tembak menembak antara Brigadir J dan Bharada E.
Ferdy Sambo sengaja mengundang Kompolnas ke kantornya di Mabes Polri pada Senin (11/7/2022).
Saat itu kejanggalan kematian Brigadir J mulai terendus ke publik. Adapun Brigadir J meninggal pada 8 Juli 2022.
Undangan untuk Kompolnas itu ternyata hanya mempertontonkan tangisan-tangisan Ferdy Sambo.
“Kompolnas diundang Ferdy Sambo ke kantornya hanya untuk apa? Hanya untuk nangis-nangis di depan Kompolnas,” kata Mahfud MD.
Sambil menangis, Ferdy Sambo memunculkan narasi kematian Brigadir J ini dilatarbelakangi masalah pelecehan seksual terhadap istrinya, Putri Candrawathi.
Kompolnas sudah berusaha bertanya untuk mengetahui apa yang terjadi hingga merenggut nyawa Brigadir J. Lagi-lagi Ferdy Sambo menangis sambil mengucapkan, "Saya terhina, saya didzolimi."
Setelah bersandiwara di depan Kompolnas, Irjen Ferdy Sambo tak kehabisan akal.
Dia rupanya menghubungi pihak lain, untuk memuluskan skenario yang diduga sudah disusunnya setelah pembunuhan Brigadir J.
Adapun pihak yang dihubungi Sambo adalah anggota DPR RI. “Namun pas saya mau tanya telepon enggak diangkat,” terang Mahfud.
Kata Mahfud, banyak pihak yang berusaha menutupi kasus pembunuhan Brigadir J ini.
Mahfud pun heran banyak pihak yang tak tahu kelanjutan peristiwa yang terjadi selama rentang waktu Jumat sore hingga Senin sore.
"Di tempat itu dan orang-orang itu ke mana? Gak ada yang yahu, nanti diungkap di pengadilan," ujar Mahfud.
Melihat kejanggalan tersebut, Mahfud mulai koordinasi dengan Kompolnas dan pihak lainnya untuk menelusuri peristiwa yang terjadi di rumah dinas Brigadir Ferdy Sambo.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Lina Sofia |
Komentar