"Anak ini tak mau membebani orang tuanya. Jadi, atas kesadaran sendiri, dia minta (pindah) sekolah saja di SMAN 10 Manado. Benar-benar tak mau buat susah orang tuanya."
Tahun 2017, Richard ikut tes Bintara Polri. Namun, ia gagal di tahap akhir. Ketika itu, Richard sangat kecewa.
Namun, tak lama kemudian Richard sudah sibuk lagi dengan aktivitasnya sebagai atlet panjat tebing Kota Manado.
Berikutnya, tahun 2018, Richard kembali ikut tes Bintara Polri. Lagi-lagi ia gugur. Kali itu di tes kesehatan.
Richard sadar tubuhnya tak fit lantaran sehari sebelum tes kesehatan, ia ikut lomba panjat tebing dan kurang istirahat.
Semangat Richard meluntur usai 2 kali gagal tes Bintara Polri. Terlebih lagi, profesinya sebagai atlet panjat tebing sudah mulai menunjukkan hasil yang baik. Ia bahkan bisa bekerja sebagai pemandu wisata dan karyawan swasta di waktu luang.
Sekalipun begitu, orang tua terus memaksa Bharada E ikut seleksi Bintara Polri untuk yang ketiga kalinya.
Namun, ada satu masalah. Umur Richard saat itu sudah lewat batas maksimal persyaratan bintara. Panitia pun menyarankannya untuk mengikuti tes tamtama.
Di awal tes tamtama, Richard tak terlalu antusias seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, pada pertengahan tes, ia mendapat nasihat yang membuatnya kembali semangat.
"Dia lolos tes dengan peringkat nomor satu," kata Roycke.
Richard Eliezer menjadi satu dari enam tamtama dengan nilai terbaik di angkatan 2019.
Source | : | Kompas.com,GridHot.ID,Fotokita.grid.id |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar