Hal itu mewakili tekad dan ambisi untuk gaya hidup Eropa yang ideal.
Busana itu menerangi Brazzaville dan kota-kota tetangga, menawarkan secercah harapanda kemakmuran bagi banyak orang-orang Kongo.
Sapeur bertemu dengan kostum mereka secara rahasia, untuk mengungkapkan ekpresi kebebasan rezim yang keras selama 1960an dan 70an.
Serta berusaha menyingkirkan Kongo dari semua pengaruh kolonial dengan jalan Sapeur.
Pakaian mereka dianggap sebagai tindakan pemberontakan ideologis yang menentang larangan Sese Seko pada pakaian gaya Barat.
Sapeur menolak saat Presiden ingin rakyat Kongo mengenakan pakaian tradisional mereka yaitu, acabac guna menunjukkan dukungan terhadap autentifikasi identitas mereka.
Sebagian besar para Sapeur bekerja sebagai buruh banguna, sopir, hingga pengutil.
Tak jarang mereka mencuri, meminjam uang hanya demi membeli pakaian branded.
Sementara itu dilansir dari Kompas.tv, lahir dan dibesarkan di keluarga sapeur terkenal, de Pereira pada usia tiga tahun sudah belajar dari sang ayah tentang bagaimana caranya tampil gaya dan memadukan berbagai warna pada pakaiannya.
Baginya, tetap tampil perlente menjadi bagian dari kehidupannya sekaligus tugasnya sebagai seorang sapeur.
Source | : | intisarionline.com,Kompas.tv |
Penulis | : | Ekawati Tyas |
Editor | : | Ekawati Tyas |
Komentar