GridPop.ID - Tak terasa umat Islam akan kembali menyambut bulan suci Ramadhan 2023.
Itu artinya, umat Islam di seluruh dunia akan kembali melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.
Nah, selain puasa Ramadhan, ada sederet puasa sunah yang dicintai di sisi Allah SWT.
Sebagai informasi, Ramadhan 1444 Hijriah lebih kurang sebulan lagi.
Sebelum mengerjakan puasa wajib tersebut, ada baiknya mengamalkan puasa sunah.
Menurut Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Banjarbaru, H Fauzie, SAg yang mengutip dari buku Risalah Puasa oleh Sultan Abdillah, puasa sunah adalah puasa yang apabila dilakukan maka akan mendapat pahala, dan bila tidak dilakukan juga tidak berdosa.
Puasa sunah dibagi menjadi dua.
Puasa sunah mutlaq (bebas), yaitu puasa yang diperintahkan oleh Al-Qur’an dan sunah yang tidak terikat waktu tertentu, kecuali pada waktu-waktu yang dilarang berpuasa.
Kedua, puasa sunah muqayyad (terikat), yaitu puasa sunah yang terikat oleh waktu tertentu seperti puasa Syawal, Senin dan Kamis, puasa Arafah dan lain sebagainya.
Adap un menurut Fauzie, ada 10 macam puasa sunah beserta jadwalnya.
Pertama puasa enam hari di bulan Syawal.
Rasulullah SAW menganjurkan puasa ini, berdasar hadis yang diriwayatkan oleh Muslim.
Nabi SAW bersabda, “Barang siapa berpuasa di bulan Ramadan dan meneruskan dengan enam hari di bulan Syawal, maka seperti dia berpuasa di sepanjang tahun.”
Meski demikian, puasa enam hari ini tidak boleh dilaksanakan saat Lebaran 1 Syawal.
Hari tersebut tergolong dalam waktu yang diharamkan.
“Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan, Rasulullah SAW melarang berpuasa pada dua hari raya yaitu Idulfitri dan lduladha,” ujar dia.
Kedua Puasa Arafah adalah orang yang tidak pergi menunaikan haji bisa melaksanakan ini pada 9 Dzulhijiah.
Keutamaan menjalankannya adalah dosa selama dua tahun bisa terhapus.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Puasa Hari Arafah itu menghapus dosa dua tahun, setahun silam dan setahun yang akan datang. Dan Puasa Asyura itu menghapus dosa setahun sebelumnya.”
Ketiga Puasa Tasu’a dan Asyura.
Kaum muslim dapat menunaikan Puasa Tasu’a dan Asyura pada 9 dan 10 Muharram.
Baca Juga: Sebelum Bulan Ramadhan 2023, Berikut Ini Amalan Bulan Syaban yang Dianjurkan Rasulullah
Ketentuan ini ada dalam hadis yang diriwayatkan Muslim.
Ibnu Abbas bertutur, “Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa pada hari itu, mereka berkata “Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari ‘Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani. Rasulullah SAW bersabda, “Kalau begitu, tahun depan insya Allah kita berpuasa tanggal 9 (Muharram)’.”
Keempat Puasa Dzulhijjah. Nabi Muhammad SAW tidak pernah meninggalkan puasa ini di masa hidupnya.
Puasa ini berlangsung pada 10 hari pertama Dzulhijah, yakni tanggal 1-7.
Tercatat dalam hadis riwayat Ahmad dan An Nasa’i, yang berasal dari Hafshah RA, dia menuturkan,
“Empat hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW yaitu Puasa Asyura (10 Muharram), puasa 10 hari bulan Dzulhijah, puasa tiga hari tiap bulan dan salat dua rakaat sebelum salat fajar (subuh).”
Kelima Puasa Tarwiyah, yakni pada hari kedelapan bulan Dzulhijah.
Pada sebuah riwayat disebutkan, satu keutamaan puasa ini adalah orang yang melakukannya seperti berpuasa selama satu tahun penuh.
“Barangsiapa berpuasa 10 hari, maka untuk setiap harinya seperti puasa sebulan. Dan, untuk puasa pada hari Tarwiyah seperti puasa setahun, sedangkan untuk puasa hari Arafah seperti puasa dua tahun.” (HR Ali Al-Muairi, At-Thibbi, Abu Sholeh, dan lbnu Abbas).
Keenam memperbanyak puasa di bulan Muharram.
Satu waktu istimewa dalam Islam terdapat dalam hadis riwayat Muslim, Abu Daud, serta Tirmidzi.
Baca Juga: Menjalankan Puasa Ramadhan 2023 tapi Tidak Shalat 5 Waktu, Apakah Puasanya Sah?
Rasulullah SAW bersabda, “Puasa yang paling utama setelah Ramadan adalah bulan Muharram. Dan salat yang paling utama setelah fardu adalah salat malam.”
Ketujuh memperbanyak puasa di bulan Syaban.
Pada sebuah hadis riwayat Muslim dan Bukhari, Aisyah RA berkata, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadan. Dan aku tidak pernah melihat beliau SAW memperbanyak puasa di bulan-bulan lain, kecuali di bulan Syaban.”
Kedelapan, puasa hari Senin dan Kamis.
Rasulullah SAW menunaikan puasa sunah pada hari Senin dan Kamis, sebab ada keistimewaan di kedua hari itu.
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Daud, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya segala awal seluruh hamba dipaparkan pada hari Senin dan Kamis.”
Kesembilan Puasa Nabiyullah Dawud.
Puasa sunah seperti Nabi Dawud dilaksanakan secara selang seling.
Satu hari berpuasa dan satu hari berbuka.
Puasa ini dicintai oleh Allah SWT.
Sebuah hadis riwayat Muslim, Nasa’i, serta Ibnu Majah menyebutkan, “Puasa yang paling disukai di sisi Allah adalah puasa Daud, yaitu berpuasa sehari dan berbuka sehari.”
Baca Juga: Jelang Ramadhan 2023, Inilah 10 Hal Makruh dalam Puasa yang Sebaiknya Kamu Hindari, Apa Saja?
Ke-10, Puasa Ayyamul Bidh. Pelaksanaan puasa Ayyamul Bidh adalah tiga hari berturut-turut dalam satu bulan, tiap tanggal 13, 14, dan 15 penanggalan Hijriyah.
Terdapat dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda “Berpuasalah selama tiga hari pada tiap bulan, karena sesungguhnya kebaikan dikalikan 10, sehingga puasa itu (tiga hari) sama dengan puasa satu tahun penuh.”
Itulah macam-macam puasa sunah yang bisa dilakukan umat muslim beserta segala keutamaanya.
Menurut Fauzie ada dua pembahasan hukum dalam melaksanakan puasa sunah.
Bagi orang yang memiliki tanggungan puasa qadha, sebagian ulama melarang melakukan puasa sunah, hingga dia menyelesaikan qadhanya.
“Ini merupakan salah satu pendapat Imam Ahmad. Pendapat ini didasari kaidah bahwa amal wajib lebih penting dari pada amal sunah, sehingga qadha Ramadan yang statusnya wajib, harus didahulukan sebelum puasa sunah,” ujar Fauzie.
Sementara mayoritas ulama berpendapat, bahwa orang yang memiliki tanggungan qadha puasa ramadan, dibolehkan melaksanakan puasa sunah.
Ini merupakan pendapat Hanafiyah, Syafiiyah, dan Imam Ahmad dalam satu riwayat.
Dan pendapat keduanya lebih mendekati kebenaran. Allahu a’lam.
Sebagian ulama memberikan pengecualian untuk puasa enam hari di bulan syawal.
Bahwa orang yang hendak puasa sunah enam hari di bulan itu, dia diharuskan menyelesaikan qadha puasa Ramadannya terlebih dahulu, agar dia bisa mendapatkan pahala seperti puasa selama setahun.
Kesimpulan ini berdasar hadis dari Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu anhu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Siapa yang puasa Ramadan, kemudian dia ikuti dengan enam hari puasa syawal, maka seperti puasa setahun.” (HR. Muslim 1164).
Pada hadis di atas, Rasulullah SAW menyebutkan janji pahala seperti puasa setahun dengan dengan syarat menyelesaikan puasa Ramadan, dan puasa enam hari di bulan Syawal.
Artikel ini telah tayang di BanjarmasinPost.co.id dengan judul "10 Macam Puasa Sunah, Ini Puasa yang Dicintai di Sisi Allah SWT"
(*)
Source | : | Banjarmasin Post |
Penulis | : | Helna Estalansa |
Editor | : | Helna Estalansa |
Komentar