Dikutip dari Prevention, penelitian yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine menemukan bahwa puasa intermiten tidak lebih efektif mengurangi berat badan.
Ahli diet bersertifikat, Gina Keatley mengatakan, puasa intermiten dapat membuat seseorang mengalami defisit kalori.
Namun setelah berat badan turun dalam bentuk metabolisme, Anda harus kembali melakukan puasa intermiten yang lebih panjang untuk mendapatkan hasil.
"Ini adalah cara diet dalam jangka panjang tampaknya akan gagal," ucapnya.
Puasa intermiten dengan konsepnya yang bisa makan apa saja pada jam-jam tertentu juga dipertanyakan.
Penulis The Small Change Diet, Keri Gans mengatakan bahwa membatasi kalori dalam jangka waktu tertentu seperti sata puasa intermiten memungkinkan Anda makan dalam porsi besar.
Tantangan lain yang membuat puasa intermiten tidak efektif untuk menurunkan berat badan adalah komitmen untuk mempertahankannya dalam jangka waktu panjang.
Di sisi lain, mengurangi kalori dan protein dalam waktu tertentu juga bisa menghasilkan masa otot dan metabolisme yang lebih rendah.
Hal itu justru bisa menambah berat badan setelah puasa intermiten tidak lagi diterapkan.
Meski begitu tak sembarang orang dapat melakukan menu diet ini.
Dilansir artikel Tribun Jatim, berikut orang-orang yang tidak bisa melakukan intermittent fasting.
Baca Juga: Jadi Menu Favorit Ramadan, Air Kelapa Punya Banyak Nutrisi yang Bisa Beri Keuntungan Selama Berpuasa
Source | : | Kompas.com,Tribun Jatim |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Lina Sofia |
Komentar