Selain itu, kata dia, pelumas juga diyakini dapat menurunkan viabilitas sperma, sehingga sekalipun bergerak masuk menuju sel telur sperma tersebut tidak dapat bertahan hidup ketika benar-benar bertemu sel telur.
Di samping menghindari bahan-bahan yang telah disebutkan, Richardson juga merekomendasikan untuk menggunakan pelumas yang ramah sperma.
Menurut Richardson, beberapa produsen pelumas menyediakan produk khusus dan biasanya tertulis TTC (Trying to Conceive/mencoba untuk hamil).
Sementara itu laman Extend Fertility menyebutkan, pelumas berbasis minyak cenderung memiliki dampak paling kecil terhadap motilitas dan vitalitas sperma.
Pelumas berbasis silikon dapat memengaruhi motilitas, tetapi tidak sesignifikan pelumas berbasis air.
Menurut laman tersebut, pelumas berbasis air tampak memiliki efek merugikan terbesar terkait dengan motilitas dan vitalitas sperma, serta dapat melumpuhkan sperma setelah hanya lima menit dan membunuh persentase sperma secara signifikan dalam waktu satu jam.
Kehamilan bisa tetap terjadi
Penggunaan pelumas tampaknya tidak berpengaruh terhadap kemungkinan pembuahan alami.
Beberapa penelitian berbeda telah meneliti penggunaan pelumas pada kelompok wanita yang mencoba untuk hamil.
Pada penelitian pertama, misalnya, sebanyak 300 peserta penelitian mencatat siklus haid merekka, frekuensi berhubungan intim, dan penggunaan pelumas.
Sekitar 43 persen melaporkan bahwa mereka kadang-kadang (29 persen) atau sering (14 persen) menggunakan pelumas ketika berhubungan intim.
Source | : | Kompas.com,OpenAI |
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Helna Estalansa |
Komentar