Tujuannya tak lain untuk diberikan imbauan tentang upaya preventif agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Tentu aktivitas-aktivitas di luar sekolah yang berisiko seperti itu diharapkan untuk dihindari.
"Hari ini (Sabtu), kami akan kumpulkan kepala sekolah dan pengawas sekolah. Ini untuk memberikan imbauan sebagai langkah pencegahan,” kata Narni.
Narni menyayangkan terjadinya insiden siswa-siswi yang terseret arus air sungai tersebut.
Menurut dia, pembina seharusnya sudah bisa memperkirakan kondisi cuaca buruk yang sedang terjadi di DIY dan sekitarnya beberapa hari belakangan.
Kegiatan susur sungai hendaknya diadakan di musim kemarau.
Kemudian, orangtua dari siswa maupun siswi yang belum ditemukan, saat ini, tengah diberikan pendampingan psikologis.
Fokus utamanya adalah menemukan korban-korban yang masih hilang.
Setelah semua selesai, pihaknya akan menelusuri lebih lanjut tentang detil dari peristiwa tersebut.
Susur Sungai Tidak untuk Anak dan Remaja
Dosen Sumber Daya Air dan Sungai Fakutas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Agus Maryono menegaskan, kegiatan susur sungai tidak diperuntukkan bagi anak-anak dan remaja.
Hal tersebut sekaligus menanggapi peristiwa hanyutnya ratusan siswa SMP Negeri 1 Turi, Sleman yang terbawa arus sungai saat melakukan susur sungai, Jumat (21/2/2020) sore.
"Idealnya susur sungai dilakukan oleh orang-orang dewasa, anak dan remaja tidak boleh susur sungai," kata Agus saat dihubungi oleh Kompas.com.
Orang dewasa yang dimaksud adalah mereka yang telah memiliki keterampilan.