Find Us On Social Media :

Dianggap Merugikan Hingga Ganggu Produktivitas, Para Wanita di India Dipaksa Lakukan Operasi Pengangkatan Rahim Agar Tak Absen Kerja Saat 'Tamu Bulanan' Datang!

By Luvy Yulia Octaviani, Rabu, 11 Maret 2020 | 07:00 WIB

Nutrisi yang baik dikonsumsi saat sedang menstruasi

GridPop.ID - Menstruasi adalah kodrat yang harus dijalani sebagai seorang wanita.

Menstruasi juga sebagai penanda bahwa wanita tersebut sudah dewasa.

Periode ini juga sangat penting dalam hal reproduksi.

Baca Juga: Suaminya Tersandung Kasus Hukum hingga Mendekam di Jeruji Besi, Mulan Jameela Putuskan untuk Berhijrah, Ahmad Dhani: Saya Nggak Salah Pilih!

Namun, di beberapa negara rupanya siklus menstruasi para wanita menjadi sebuah halangan.

Geeta Pandey dari BBC News, melaporkan bahwa banyak wanita yang bekerja di ladang tebu di negara bagian Maharashtra, diminta untuk melakukan operasi pengangkatan rahim untuk menghentikan menstruasi sehingga mereka tidak absen kerja lagi saat ‘tamu bulanan’ datang.

Setiap tahunnya, puluhan ribu keluarga dari distrik Beed, Osmanabad, Sangli, dan Solapur, bermigrasi ke wilayah barat India yang dikenal dengan julukan "sabuk gula".

Ketika sampai di sana, warga miskin ini berada di bawah kekuasaan kontraktor serakah yang menggunakan setiap kesempatan untuk mengeksploitasi mereka.

Baca Juga: Jalankan Misi Sangat Rahasia dari Soeharto di Israel, Benny Moerdani Sempat Beri Ancaman Keras pada Anak Buahnya Jika Gagal: Yang Ragu-ragu Silahkan Kembali Sekarang

Pertama-tama, mereka enggan memperkerjakan perempuan karena memotong tebu adalah pekerjaan berat.

Juga karena perempuan dianggap merugikan karena kehilangan satu atau dua hari produktivitasnya selama menstruasi.

Kejamnya, jika para pekerja ini tidak masuk sehari saja, mereka tetap harus membayar penalti.

Baca Juga: Masih Dirundung Duka Usai Kepergian Suami Tercinta, Perayaan Ulang Tahun BCL Bakal Ditiadakan, Vidi Aldiano: Pasti Akan Berbeda Banget!

Pada akhirnya, sekelompok wanita yang kebanyakan berasal dari keluarga miskin dan tanpa pendidikan ini pun, terpaksa membuat pilihan yang memiliki dampak jangka panjang dan fatal yang memengaruhi kesehatan dan kehidupan mereka.

Desa wanita tanpa rahim

Di salah satu distrik di India Barat itu, tercatat ada 4.605 praktik histerektomi. Kebanyakan dilakukan pada wanita di bawah 40 tahun.

Namun, pada beberapa kasus, pengangkatan rahim ini juga terjadi pada perempuan berusia 20-an.

Bahkan, masih menurut laporan BBC, setengah populasi perempuan di desa Vanjarwadi, sudah melakukan histerektomi.

Baca Juga: Sering Tampil Nyentrik dengan Gaya Bahasa Unik, Syahrini Tuai Kritikan dari Bule Kanada saat Nyanyi Bahasa Inggris: Seandainya Aku di Sana Aku Pasti Lihat Itu dan Aku Bisa Bantu

Karena sebagian besar menikah muda–sudah memiliki dua hingga tiga anak saat berusia 20-an–dan karena dokter tidak memberi tahu tentang masalah yang akan mereka hadapi jika mereka menjalani histerektomi, akhirnya banyak wanita yang percaya bahwa tidak apa-apa untuk menyingkirkan rahim mereka.

Desa tersebut pun sering disebut sebagai "desa wanita tanpa rahim".

Namun, sebenarnya, intervensi bedah yang tidak perlu ini cukup berbahaya.

Baca Juga: Akrab Bak Kakak Adik Pasca 5 Tahun Tak Bertemu, Yuni Shara Pertanyakan Kondisi Raffi Ahmad Usai Tur Keliling Dunia: Badan Kamu Gimana?

Diketahui bahwa itu telah menyebabkan komplikasi parah, nyeri otot dan sendi, rasa pusing yang konstan, hingga pembengkakan ekstrem, pada perempuan-perempuan India.

Stigma menstruasi

Selain pengangkatan rahim, laporan dari Reuters juga menunjukkan bahwa banyak perempuan India yang bekerja di industri garmen di Tamik Nadu, sering diberi obat-obatan di tempat kerja ketika mereka mengeluhkan tentang nyeri haid.

Bukannya, diperbolehkan beristirahat ketika sakit menstruasi datang, para wanita pekerja ini justru dicekoki dengan obat tak berlabel.

Seratus wanita diwawancara oleh Thompson Reuter terkait masalah tersebut–kebanyakan berusia 15-25 tahun.

Baca Juga: Pernah Paksa Istri Lakukan Hubungan Intim saat Menstruasi hingga Berikan Obat Hormon Agar Cepat Hamil, Kini Pangeran Kelantan Tuai Karma Sempat 'Diusir' dari Kerajaan Setelah Bercerai dengan Manohara

Hasilnya menunjukkan bahwa obat-obatan yang diberikan perusahaan tadi menyebabkan beberapa efek samping mual dan muntah.

Itu juga memberikan efek jangka panjang seperti siklus menstruasi yang tidak menentu, depresi, hingga sulit hamil.

Stigma mengenai menstruasi memang menjadi hal umum di India–berkaitan dengan mitos dan nilai-nilai adat di negara tersebut.

Baca Juga: Kariernya Terus Meroket di Dunia Musik, Tak Disangka Duta SO7 Tinggali Rumah dengan Pagar yang Nampak Usang hingga Miliki Restauran Pizza Sederhana, Begini Tampilannya!

Meskipun para aktivis sudah menantang masalah ini, tetapi stigma masih berkembang luas.

Tidak hanya di India, beberapa negara maju pun kesulitan memahami isu menstruasi.

Studi terbaru dari British Medical Journal yang dilakukan pada 33 ribu perempuan di Belanda, mengungkapkan bahwa mereka rata-rata kehilangan produktivitas selama 8,5 hari akibat nyeri dan gejala menstruasi lainnya.

Meski begitu, hanya 14% wanita yang mengaku mengambil izin dari sekolah atau pekerjaan.

Dan sayangnya, ketika mereka meminta cuti, hanya 21% perusahaan yang memberikan mereka waktu istirahat dengan alasan sakit.

Sekitar setengah dari populasi global mengalami menstruasi pada titik tertentu dalam hidup mereka. Saatnya kita mematahkan tabu dan mulai menerimanya.

Baca Juga: Tak Tanggung-tanggung, Ruben Onsu Bakal Siarkan Perayaan Ulang Tahun Betrand Peto ke-15 di Stasiun TV Swasta Secara Eksklusif, Hadirkan Seluruh Fans hingga Luncurkan Sebuah Album!

(*)

Artikel ini telah tayang di GridHype dengan judul Keji! Pekerja Wanita di India Dipaksa Untuk Lakukan Operasi Rahim Agar Tak Mengganggu Saat Menstruasi