Mengapa Jepang terlihat "adem ayem" dan normal di saat seluruh dunia mati?
Seorang mahasiswa India yang sedang menempuh studi di Jepang memberikan kesimpulannya setelah mengamati kehidupan orang Jepang.
"Ketika Jepang dihantam virus corona, orangtua saya meminta saya untuk kembali ke India selama beberapa bulan dan kembali setelah virus itu reda.
"Tapi saya enggan karena di Jepang semuanya normal sampai hari ini.
Kami pergi ke kantor setiap hari, kami pergi ke semua layanan penting. Orang-orang tetap duduk-duduk di taman. Tidak ada restoran yang ditutup. Tidak ada mal yang ditutup. Tidak ada lockdown. Kereta metro bergerak normal. Kereta cepat Shinkazen juga tetap melaju kencang.
Jepang juga memiliki persentase lanjut usia yang tinggi seperti Italia. Tokyo memiliki jumlah orang asing terbanyak. Hanya layanan yang dihentikan adalah sekolah dan acara publik.
Di beberapa negara yang padat penduduknya, digaungkan semua teori tentang memutus rantai penularan. Lockdown membunuh proses rantai untuk negara padat seperti negaraku, India. Tetapi Tokyo adalah kota paling padat di dunia dan bagaimana cara mengontrolnya?
Kami menjalani kehidupan normal seperti biasa. Saya justru takut ketika melihat perkembangan dan berita tentang Covid-19 dari India.
Saya lalu menganalisis mengapa kehidupan mereka tetap normal. Mungkin karena budaya orang Jepang di mana aturan yang disarankan untuk mencegah virus corona sudah dipraktikkan oleh mereka sejak kecil."