Find Us On Social Media :

Telan Pil Pahit Imbas Jakarta PSBB Lagi, Begini Nasib Para Pedagang Kaki Lima yang Semakin Tercekik Situasi: Besok Lebih Parah Lagi!

By None, Senin, 14 September 2020 | 17:20 WIB

Pedagang gorengan, Rosyid, ditemui di kawasan Palmerah, Jakarta Barat pada Minggu (13/9/2020).

GridPop.ID - DKI Jakarta mulai hari ini kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Langkah besar itu diambil Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengingat kondisi pandemi yang semakin memprihatinkan.

Namun bak pisau bermata dua, aturan PSBB total itu memicu berbagai polemik, salah satunya yang dialami oleh para pedagang kaki lima.

Baca Juga: Heran dengan Tingkah Wanita Indonesia yang Gelar Pesta Seks Bule Bertajuk 'Pembuahan Massal', Salmafina Sunan Beri Komentar Sengit: Kalau Emang Horang Kaya Kenapa Nggak ke Singapore?

Melansir TribunJakarta.com, PSBB pengetatan DKI Jakarta berlaku mulai Senin (14/9/2020).

Kebijakan ini terpaksa harus diambil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan lantaran situasi pandemi semakin memburuk.

Namun, diberlakukannya PSBB membuat berbagai pihak merasa semakin menderita.

Seperti pedagang makanan kaki lima yang merasa akan semakin sepi pembeli.

Baca Juga: Atta Halilintar Ngaku Siap Nikah Ajak Calon Istri Photoshoot Pakai Busana Adat Jawa, Ternyata Bukan Untuk Prewedding Melainkan Untuk Hal Ini, Aurel Hermansyah: Uh,Sayang...

Mahmud (54), pedagang ketupat sayur masih berjualan di kawasan Palmerah, Jakarta Barat saat hari menjelang sore. Biasanya, dagangannya sudah habis ketika jam 12 siang.

Para pekerja kantoran yang dirumahkan juga turut berdampak kepada pendapatannya.

Artinya, semakin berkurang pembeli yang mampir ke gerobaknya.

Bila kebijakan pengetatan PSBB besok malah membuat pendapatannya kian menurun, Mahmud memutuskan berhenti berdagang sementara waktu.

Baca Juga: Sebentar Lagi Hirup Udara Bebas, Saiful Jamil Diam-diam Sudah Siapkan Rencana Besar dan Buka Bisnis Baru Diluar Jeruji Besi

Sepanjang masih menguntungkan, ia tetap berjualan ketupat sayur berkeliling.

Sebab, sembako dari pemerintah dirasa tidak cukup. Mahmud tetap harus bekerja untuk memenuhi biaya kontrakan, gas, dan listrik.

Baca Juga: Tetiba Diteror Wanita Misterius Sampai Ditelpon Berkali-kali, Baim Wong Meradang hingga Buatnya Kicep Setelah Berikan Ancaman Ini: Parah Banget Ini

"Kalau buat orang kecil kayak saya, berat (pengetatan PSBB). Saya misalnya stop dulu dagang, memang ada jaminan saya dapat uang?" keluhnya kepada TribunJakarta.com pada Minggu (13/9/2020).

Tidak jauh dari tempat Mahmud, terlihat gerobak Rosyid (55) berisi aneka gorengan.

Di jalan itu, tidak banyak orang yang singgah untuk membeli gorengannya.

Gorengan Rosyid biasanya banyak dibeli pegawai kantoran di sekitar Slipi. Namun, kini kondisinya berbeda. Karyawan kantoran berkurang drastis, gorengannya pun belum habis.

"Sekarang ini yang beli paling orang yang melintas aja. Itu juga sedikit yang beli," lanjutnya.

Baca Juga: Anji Manji Pamer Obrolan Manis Bareng Leticia Charlotte, Komentar Sheila Marcia Sukses Jadi Sorotan, Netizen Dibuat Baper Karena Ini

Menurut dia, PSBB transisi sebenarnya masih berdampak dengan dagangannya.

Ia masih bingung untuk berdagang gorengan di awal pengetatan PSBB di Jakarta.

Sebab, bisa jadi Senin kondisinya lebih parah lagi.

Ia juga kemungkinan besar tidak bisa membelah permukiman karena akan ditutup untuk umum.

"Saya mau perai (libur) ah enggak jualan. Habis gimana? besok lebih parah lagi," tambahnya.

GridPop.ID (*)

 

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judulJakarta PSBB, Pedagang Makanan Kaki Lima Menderita: Kalau Saya Stop Dagang, Ada Jaminan Dapat Uang?