Terbiasa menggunakan web browser developer tools (safary, chrome dan firefox) untuk proses debugging.
Terbiasa melakukan integration testing dan regression testing, menguasai dengan baik dasar-dasar SQL, terbiasa membuat dokumentasi SIT dan UAT, dan memiliki nilai tambah jika terbiasa menggunakan testing tool minimal 2 tahun.
Belum lama ini muncul dugaan kebocoran data pengguna dari aplikasi Electronic Health Alert (e-HAC) buatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Dilansir dari Kompas.com, berdasarkan penelusuran dari peneliti keamanan siber VPNMentor, kebocoran data di aplikasi e-HAC ini terjadi pada 15 Juli lalu.
Menurut VPNMentor, diperkirakan ada 1,3 juta data pengguna e-HAC yang bocor. Ukuran data itu disebut mencapai sekitar 2 GB.
Sementara itu, Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenkes Anas Maruf mengatakan bahwa kebocoran data tersebut berasal dari aplikasi e-HAC lama.
"Kebocoran data di aplikasi Electronic Health Alert atau e-HAC yang lama, yang sudah tidak digunakan lagi sejak Juli 2021. Tepatnya 2 Juli 2021," kata Anas saat konferensi pers virtual "Penggunaan eHAC Melalui Peduli Lindungi" pada laman YouTube Kemenkes, Selasa (31/8/2021).
Mulai 2 Juli 2021, aplikasi e-HAC sudah tidak lagi digunakan karena sudah terintegrasi dengan aplikasi PeduliLindungi, sesuai dengan surat edaran dari Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.01/Menkes/847/2021.
GridPop.ID (*)