Faktor psikologis masyarakat, seperti Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) juga bisa mempengaruhi kenaikan bahan pokok.
Oleh karena itu, diperlukan kesadaran masyarakat pula untuk tidak membeli secara berlebihan.
"Masyarakat yang mampu juga jangan menggunakan produk-produk bersubsidi. Supaya subsidi yang ada dapat benar-benar tepat sasaran. Kasihan untuk masyarakat yang menengah ke bawah. Saat ini banyak kebutuhan yang naik harganya,” imbuhnya.
Tidak hanya membebani masyarakat kenaikan harga sembako juga berdampak bagi pedagang.
Melansir dari TribunBisnis.com, kenaiakan harga sembako memicu sepinya pembeli, hingga menekan omzet.
Hal itu diungkapkan pedagang cabai dan bawang yakni Wati (47).
Ia mengaku penjualan barang dagangannya menurun karena kenaikan harga membuat konsumen enggan untuk berbelanja banyak.
"Harga cabai dan bawang naik, enggak ada yang beli, jadi susah dapat duit. Padahal apa-apa perlu biaya, anak sekolah beli seragam ada biaya, bayar kontrakan juga susah, buat sewa lapak di gedung pasar juga berat," tuturnya, Kamis (11/8/2022).
Sebagai pedagang pasar yang telah berjualan lebih dari 20 tahun, Wati berharap agar kondisi ini bisa secepatnya pulih dan pemerintah dapat memberikan solusi.
"Harapannya yang penting kita bisa balik modal, harga jangan sampai mahal sekali karena kalau begini kan kita ambil modalnya juga susah," ungkap Wati.
Menanggapi isu tersebut, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Mujiburrohman menyampaikan kekhawatirannya terhadap tergerusnya omzet pedagang pasar.