Find Us On Social Media :

LKY Soroti Kenaikan Harga Sembako hingga Desak Pemerintah untuk Segera Lakukan Ini, Kalau Tidak Bakal Bahaya!

By Arif B, Selasa, 16 Agustus 2022 | 17:01 WIB

Gambar ilustrasi untuk pasar.

GridPop.ID - Saat ini, harga sembako untuk beberapa sektor masih mengalami peningkatan. Seperti misalnya harga sembako tepung terigu.

Hal ini pun menjadi konsen Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY).

LKY pun meminta pemerintah untuk segera lakukan hal ini agar masyarakat tidak terbebani dengan kenaikan harga sembako.

Diketahui, akibat perang Rusia-Ukraina harga tepung terigu naik.

Sebab, Ukraina dan Rusia menjadi pemasok gandum di dunia dan Indonesia menjadi negara yang mengandalkan impor gandum.

Penasihat Senior LKY, Sumono Wibowo berharap agar tidak pemerintah tidak menaikan harga kebutuhan pokok bersubsidi.

Menurut dia, harga kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan akan membebani masyarakat bawah.

Apalagi saat ini masyarakat masih berjuang untuk memulihkan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

"Pemerintah perlu mengerem dulu, untuk tidak menaikan harga produk yang disubsidi. Seperti BBM yang subsidi atau gas. Masyarakat 2,5 tahun sangat terpuruk akibat pandemi Covid-19,” katanya, dikutip dari Tribun Jogja, Senin (15/08/2022).

Ia menyebut ada beberapa faktor yang mempengaruhi naiknya harga sejumlah bahan pokok.

Selain faktor iklim, ada pula pengaruh global, seperti perang Rusia-Ukraina.

"Seperti masalah tepung terigu karena pengaruh kondisi global. Perang antara Ukraina dan Rusia, kabarnya mie instan akan naik tiga kali lipat, meski produsen sendiri tidak membenarkan itu. Namun, kondisi saat ini untuk harga kebutuhan pokok memang cukup berat, karena kenaikan tadi,” ujarnya.

Baca Juga: Harga Sembako Telur Ayam Naik Salip Daging Ayam, Mending Beli yang Mana? Ternyata Ini yang Lebih Banyak Proteinnya!

Faktor psikologis masyarakat, seperti Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) juga bisa mempengaruhi kenaikan bahan pokok.

Oleh karena itu, diperlukan kesadaran masyarakat pula untuk tidak membeli secara berlebihan.

"Masyarakat yang mampu juga jangan menggunakan produk-produk bersubsidi. Supaya subsidi yang ada dapat benar-benar tepat sasaran. Kasihan untuk masyarakat yang menengah ke bawah. Saat ini banyak kebutuhan yang naik harganya,” imbuhnya.

Tidak hanya membebani masyarakat kenaikan harga sembako juga berdampak bagi pedagang.

Melansir dari TribunBisnis.com, kenaiakan harga sembako memicu sepinya pembeli, hingga menekan omzet.

Hal itu diungkapkan pedagang cabai dan bawang yakni Wati (47).

Ia mengaku penjualan barang dagangannya menurun karena kenaikan harga membuat konsumen enggan untuk berbelanja banyak.

"Harga cabai dan bawang naik, enggak ada yang beli, jadi susah dapat duit. Padahal apa-apa perlu biaya, anak sekolah beli seragam ada biaya, bayar kontrakan juga susah, buat sewa lapak di gedung pasar juga berat," tuturnya, Kamis (11/8/2022).

Sebagai pedagang pasar yang telah berjualan lebih dari 20 tahun, Wati berharap agar kondisi ini bisa secepatnya pulih dan pemerintah dapat memberikan solusi.

"Harapannya yang penting kita bisa balik modal, harga jangan sampai mahal sekali karena kalau begini kan kita ambil modalnya juga susah," ungkap Wati.

Menanggapi isu tersebut, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Mujiburrohman menyampaikan kekhawatirannya terhadap tergerusnya omzet pedagang pasar.

Menurut Mujiburrohman, ketidakstabilan harga-harga barang pokok dan barang konsumsi masyarakat perlu ditekan, supaya tidak berimbas ke rantai distribusi, terutama ke mata pencaharian pedagang pasar.

Baca Juga: Harga Sembako Telur Ayam Naik 35 Persen Salip Harga Sembako Daging Ayam, Ini Penyebab dan Janji Mendag untuk Masyarakat!

Berdasarkan data APPSI, beberapa komoditas mengalami kenaikan harga di antaranya minyak goreng, sayuran, telur, cabai, bawang merah, gula, dan rokok.

Kondisi ini tidak hanya memberikan dampak bagi para pedagang saja, tetapi juga masyarakat.

"Pedagang pasar dan pembeli terus mengeluh akibat kenaikan harga ini. Ketidakpastian harga memberatkan semua pihak, pedagang pasar juga tidak bisa mengambil keuntungan yang sesuai target, " ungkapnya.

Ia mengungkapkan pedagang sulit untuk membayar biaya operasional karena penurunan omzet ini.

Menurutnya untuk mengatasi masalah ini, seluruh pihak mulai dari kementerian, industri hingga sektor hulu harus duduk bersama untuk membahas formula yang tepat untuk memastikan ketersediaan barang-barang konsumsi masyarakat ini.

"Pemerintah harus menjadi agregator untuk memfasilitasi pedagang pasar supaya harga pangan dan harga barang-barang lain bisa stabil dan omzet bisa naik lagi," ucapnya.

Stabilnya harga komoditas dan barang-barang lain dapat membantu menggerakkan roda ekonomi yang nantinya juga akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dari seluruh kalangan.

Baca Juga: Pusing! Harga Sembako di Jakarta Naik Lagi, Harga Bawang Merah hingga Ayam Potong Jadi Segini

GridPop.ID (*)