GridPop.ID - Penyebab kematian Lina masih menjadi teka-teki.
Karena hal itu pula, makam mendiang Lina dibongkar untuk dilakukan otopsi pada jenazah.
Hal itu guna membuka segala kejanggalan terkait penyebab kematian Lina yang mendadak tersebut.
Mengutip dari Kompas.com, tim forensik dan penyidik Polrestabes Bandung membongkar makan mantan istri Sule itu, Kamis (9/1/2020).
Makan di Jalan Sekelimus Utara 1 Kelurahan Batununggal, Bandung Kidul, Kota Bandung, itu dibongkar setelah polisi menerima laporan dari anak Lina, Rizky Febian, Senin (6/1/2020).
Rizky melapor kepada polisi lantaran merasa ada kejanggalan pada kematian ibundanya.
Bukan hanya membongkar makam, polisi akan melakukan proses otopsi terhadap mayat Lina.
"Nanti dari hasil tim forensik akan dilakukan analisis penyebab kematian almarhumah," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jabar Kombes S Erlangga.
Sebelumnya, polisi juga melakukan oleh TKP di kediaman Lina dan suami Lina saat ini, Teddy, pada Rabu (8/1/2020).
Polisi juga memeriksa sejumlah saksi, antara lain warga yang memandikan jenazah hingga pihak rumah sakit.
Sempat beredar kabar jika kondisi jenazah Lina disebut mengalami lebam di beberapa bagian tubuh.
Lantas wajarkan dalam jenazah ditemukan luka membiru, memar atau lebam?
Terkait hal tersebut, ahli forensik, Mira Wiryaningsih pun menjelaskan soal wajar atau tidak dalam tubuh jenazah ada lebam.
Penjelasan tersebut disampaikan Mira dalam acara Apa Kabar Indonesia Malam yang diunggah di kanal Youtube Talk Show TVOne, Jumat (10/1/2020).
"Jadi mungkin ini istilah ya, banyak orang yang menggunakan istilah lebam, tampak kebiruan pada tubuh," ujar Mira dikutip via Tribun Seleb.
Mira menjelaskan, dalam proses kematian satu di antara tanda kepastian adanya timbul lebam pada mayat.
Menurutnya, lebam mayat ini muncul akibat dari gaya gravitasi yang menarik sel-sel darah merah ke bagian terendah.
"Nah karena semua darah itu terkumpul jadi bisa menimbulkan warna yang lebih gelap. Kadang-kadang kemerahan, kadang-kadang kebiruan, memang tergantung pada lokasi jenazah atau tubuh," jelasnya.
Mira menjelaskan lebam pada mayat berada pada bagian tubuh terendah.
"Kalau misalnya meninggal terlentang berarti pada punggung, seperti itu. Kalau misalnya meninggalnya terlungkup kemungkinan pada bagian depan tubuh," tambahnya.
Lebih lanjut, Mira memaparkan untuk masalah wajar atau tidak wajar soal lebam tersebut, harus melihat langsung bagaimana pola lukanya.
"Nah, ini kan kondisinya kalau saya tidak salah almarhum sudah dilakukan penggalian jenazah, terus sudah dilakukan autopsi," ujar Mira.
Mira mengungkapkan, dari proses otopsi tersebut dapat menentukan penyebab kematian yang sebenarnya.
"Apakah betul ini hanya lebam mayat seperti tadi yang saya katakan akibat perubahan suatu kematian. Atau memang lebam yang memar, jadi akibat suatu kekerasan," terangnya.
Mira menuturkan, meski jenazah sudah dikuburkan beberapa hari, namun untuk mengetahui penyebab kematian masih bisa dilakukan.
"Tapi memang membutuhkan waktu, pengambilan sampel, pemeriksaan sampel yang teliti untuk kasus ini memang sangat diperlukan," terangnya.
Sementara itu, Mira menyebut untuk mengetahui waktu kematian jenazah sudah dikubur agak sulit mengetahuinya.
"Waktu kematian sebenarnya kalau sudah dikubur memang lebih sulit untuk kita memperkirakan range waktu kematian itu," jelasnya.
"Tapi kalau misalnya baru, kita bisa lihat tanda-tanda pasti kematian seperti lebam mayat, perubahan pembusukan pada tubuh mayat, sehingga kita bisa mengarahkan kepada suatu range kematian," ungkapnya.
Mira pun menyebut harus hati-hati dalam menggunakan istilah kata memar dan lebam.
"Karena kalau kita mau ngomong lebam mayat itu akibat perubahan gravitasi," jelasnya.
"Kalau kita mau ngomong lebam atas kekerasan mungkin lebih baik kita gunakan istilah memar, supaya tidak rancu gitu ya," paparnya.
(*)
Source | : | Kompas.com,tribun seleb |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar