GridPop.ID - Tingkah laku hewan biasanya menjadi pertanda potensi bencana alam yang akan terjadi.
Seperti ikan-ikan di laut yang terdampar di pantai menjadi salah satu pertanda yang diyakini buruk.
Seperti yang terjadi baru-baru ini di pantai daerah Gorontalo para warga menemukan ikan-ikan menunjukkan perilaku yang berbeda.
Dikutip dari Kompas.com, beredar video warga berbondong-bondong menangkapi ikan yang berloncatan naik ke permukaan di wilayah Perairan Gorontalo.
Warga setempat mengira, hal tersebut merupakan pertanda datangnya tsunami.
Fenomena yang dinilai langka olah sebagian orang di wilayah Perairan Gorontalo itu terjadi di kompleks Pelabuhan Gorontalo pada Senin (6/1/2020).
Benarkah ikan-ikan laut yang loncat ke permukaan adalah pertanda akan datangnya tsunami?
Kompas.com menghubungi Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono, untuk mengetahui penjelasan mendasar terjadinya fenomena tersebut.
Daryono mengaku, memang banyak pihak yang selalu mengaitkan fenomena ikan-ikan yang mendadak berlompatan di pinggir pantai ini berkaitan dengan adanya pertanda gempa bumi.
"Fenomena kemunculan ikan jenis tertentu dan ikan yang melompat naik ke pantai memang kerap dikaitkan dengan pertanda gempa, pendapat tersebut tentu saja tidak benar," kata Daryono, Sabtu (11/1/2020).
Berdasarkan hasil ilmiah, kata dia, sejauh ini belum menunjukkan adanya bukti yang kuat secara empirik yang menunjukkan adanya keterkaitan.
Sehingga fenomena terdamparnya ikan bukan bagian dari precursor gempa bumi. Hasil kajian yang ada malah menunjukkan adanya kaitan antara kemunculan ikan yang banyak lebih terkait pada musim.
Menurut dia, hal itu dikarenakan dinamika populasi ikan ada kaitannya dengan musim, maka tidak tertutup kemungkinan kejadian seperti di Gorontalo ini terkait musim.
Teori oseanografi lainnya menyebutkan, pengangkatan biota laut dalam ke permukaan hingga terbawa ke pesisir berkaitan dengan fenomena upwelling.
Untuk diketahui, upwelling adalah sebuah fenomena di mana air laut yang lebih dingin dan bermassa jenis lebih besar bergerak dari dasar laut ke permukaan.
Dalam fenomena upwelling biasanya kemunculan ikannya banyak, hingga ada segerombolan ikan sampai ke pantai.
"Selain itu, masih ada faktor lain yang memicu ikan muncul ke pantai, seperti mengikuti dinamika arus laut," ujar Daryono.
Sebelumnya, ada pula jenis ikan oarfish yang diprediksi memiliki kaitan dengan potensi bencana alam.
Namun itu bukan satu-satunya, karena beberapa hewan lainnya baik yang hidup di alam liar maupun di kebun binatang sekalipun, disebut memiliki insting yang lebih kuat dibanding manusia.
Bahkan, kekuatan insting hewan telah terbukti sejak 373 SM dalam manuskip sejarah Helike yang merupakan kota pada masa Yunani Kuno.
Dalam manuskrip itu disebutkan bahwa pada musim dingin tahun 373 SM, "Semua tikus dan ular dan serangga dan lipan dan semua hewan di kota tersebut pergi menjauh. Setelah hewan-hewan itu pergi, gempa besar mengguncang Helike pada malam hari. Kota pun terbelah, tenggelam, dan Helike pun menghilang."
Contoh lain adalah pada Februari 1975. Gempa bermagnitudo 7,3 mengguncang Haicheng, kota berpenduduk satu juta jiwa di Provinsi Liaoning, China.
Satu hari sebelumnya, pemerintah kota tersebut mengevakuasi penduduk berdasarkan perilaku aneh hewan-hewan.
Salah satunya, ketika ular yang sedang hibernasi tiba-tiba meninggalkan sarangnya. Evakuasi tersebut berhasil menyelamatkan ribuan nyawa.
Apa yang bisa dideteksi hewan?
Sejauh ini, belum ada teori pasti yang menyebutkan bahwa hewan bisa memprediksikan bencana alam. Sejauh ini hanya ada hipotesis berdasarkan kejadian masa lampau.
Namun, hipotesis tersebut belum bisa dibuktikan secara ilmiah.
"Ini (perilaku aneh hewan) bukanlah cara untuk memprediksikan gempa. Perilaku hewan hanya menjadi cara untuk memberitahu bahwa Bumi sedang bergerak, dan mungkin saja ada gempa atau longsor atau bencana lain yang mengikuti setelahnya," tutur peneliti dari University of Virginia, Catherine Dukes. (*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar