GridPop.ID - Aktor senior Henky Solaiman membawa kabar buruk bagi para penggemarnya.
Aktor yang berperan dalam sinetron Dunia Terbalik itu memutuskan untuk mundur diri dari dunia peran.
Bukan karena usia, Henky Solaiman memutuskan mundur diri karena alasan kondisi kesehatannya yang memburuk.
Pemeran Wak Sain dalam Dunia Terbalik itu pamit dari sinetron yang telah dibintanginya selama beberapa tahun itu lantaran didiagnosis menderita kanker usus.
Alhasil, oleh tim produksi, sosok Wak Sain dikisahkan meninggal dunia.
"Ini tenda siapa yang pasang, saya belum mati kok sudah pasang tenda," kelakar Henky saat berpamitan, seperti dikutip dari Kompas.com.
Henky bahkan sempat bercanda mengatakan mungkin dia nanti akan meminta tim produksi menulis cerita perannya mati kemudian hidup kembali.
Sebenarnya, saat mendengar dirinya didiagnosis penyakit kanker, Henky tidak terlalu ambil pusing, hanya saja dia sadar penyakit ini memerlukan perawatan jangka panjang.
Daripada harus menyusahkan pemeran lainnya, salah satunya Entin (Rosnita Putri), istri Sain, akhirnya Henky setuju saat perannya dibuat berakhir dengan kematian.
"Kanker kayak pilek, sama saja, tapi memang perawatannya agak lama dan makan waktu, jadi saya bersyukur Pak Jack ada pengertian," kata Henky.
"Jadi bukannya saya bikin kesalahan terus mau di out-in," jelas Henky.
Kendati telah divonis mengidap kanker usus, Henky menolak untuk mendapatkan perawatan medis.
Padahal Henky sadar betul, ada kemungkinan dokter yang merawatnya marah jika tahu dia memutuskan tidak menjalani perawatan.
Namun, Henky tetap bersikukuh untuk tidak menjalani perawatan.
Alasannya, aktor kelahiran 1941 itu merasa tidak bisa hidup normal lagi setelah operasi atau pun kemoterapi.
"Disuruh operasi, kemo (terapi) itu sudah biasa, tapi kalau (operasi) dekat rektum, 80 persen sudah pakai kantonglah," kata Henky.
"Enggak bisa disambung lagi, tiga bulan, ya sudah kantong seumur hidup. Ya itu bukan hidup namanya saya bilang, saya nolak operasi, enggak mau kemo," ucapnya lagi.
Menolak menjalani kemoterapi dan operasi, Henky memilih untuk menjalani terapi magnet.
Meski ia sendiri tidak tahu pasti apakah itu akan berpengaruh pada knker yang diidapnya.
Setidaknya, dia pernah merasa kondisinya jauh lebih baik dan lebih lancar Buang Air Besar (BAB) setelah menjalani terapi magnet.
"Setelah berapa lama tidur di magnet ini lumayan, tiap hari ada beberapa teman dokter (bilang), setiap ada masuk ada keluar, bagus. Bertahanlah (dengan terapi magnet)," ujar Henky. (*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar